Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Pergelaran "Ariah", Jokowi dan Ahok Bisa Juga Tak Kompak...

Kompas.com - 01/07/2013, 06:36 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo bersama Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama terkenal kompak dan sejalan dalam membuat kebijakan mewujudkan Jakarta Baru. Namun, kekompakan itu tak terlihat saat mereka menonton pagelaran drama musikal Betawi, Ariah.

Bila pada hari pertama, Jumat (28/6/2013), Jokowi menonton Ariah dengan lesehan bersama warga, tak demikian dengan Basuki. Wakil Gubernur ini lebih memilih menonton tenang bersama keluarganya di kelas VVIP.

Basuki yang datang mengenakan setelan batik berwarna emas kecoklatan langsung masuk loket dan mengambil tempat di kursi yang telah disediakan sebelumnya untuk orang nomor dua di Ibu Kota tersebut.

Kalau Jokowi menjadi guide bagi "Ibu Ketum"-nya, Megawati Soekarnoputri, saat berjalan ke ruang VVIP dan berkeliling panggung, Basuki memilih langsung duduk manis bersama keluarganya. "Iya, tadi saya tidak lesehan. Kalau duduk di bawah, badan saya susah lihat ke atasnya. Hahaha," kata Basuki sambil tertawa di Monumen Nasional, Minggu (30/6/2013) malam.

Tak banyak kejutan yang dibuat Basuki selama acara. Seusai menonton Ariah, mantan Bupati Belitung Timur itu menyalami dan melayani permintaan warga untuk berfoto bersama. Uniknya, kebanyakan warga yang ingin berfoto dengan Basuki adalah warga kelas menengah ke atas, yang sama-sama menempati kursi penonton VVIP.

Dinda (25), misalnya, seorang pengusaha online shopping, mengaku senang bertemu dengan orang nomor dua di Ibu Kota itu. "Kalau foto sama Pak Ahok (panggilan akrab Basuki) agak gampang rebutannya. Kalau kemarin pas ada Pak Jokowi harus rebutan sama warga, ibu-ibu, anak-anak kecil, enggak kuat deh," kata dia.

Gebrakan Jokowi

Sementara itu, pada hari pertama penayangan Ariah, Jokowi pun seperti biasa tak lupa untuk membuat "gebrakan". Kali ini gebrakan yang ia ciptakan adalah gebrakan dalam arti sesungguhnya.

Melihat kerumunan warga di depan pagar loket akibat tak mampu membeli tiket membuat Jokowi harus menggebrak pintu pagar loket, membuka pintu pagar, dan memerintahkan warga menikmati pagelaran drama musikal yang diharapkan Jokowi dapat menjadi hiburan rakyat secara cuma-cuma.

Bak pahlawan, Jokowi pun langsung dielu-elukkan warga yang sebelumnya tidak bisa masuk. Ia pun menjaga pintu pagar loket sampai benar-benar tidak ada lagi warga yang tertinggal menonton Ariah.

Aksi Jokowi itu pun membuat para panitia petugas keamanan menjadi ciut. Wajah "sangar" petugas itu pun melunak setelah gebrakan Jokowi ini. Para calo tiket yang bertebaran di luar area panggung Ariah pun harus gigit jari melihat aksi Gubernur mereka.

Kejutan tak berhenti sampai di situ, setelah mengantar Mega, Puan, dan Menpera Djan Faridz duduk manis di barisan VVIP, Jokowi pun langsung meminta izin untuk dapat menikmati pagelaran bersama warga dengan lesehan di kelas "Pesta Rakyat".

Kehadiran Jokowi di lesehan menjadi pusat perhatian. Bahkan, seharusnya para warga itu menonton pagelaran drama musikal, justru Jokowi yang terus mereka tonton. "Yang ditonton yang di panggung sana. Bukan yang di sini. Ayo semuanya madhep ke sana, jangan ngelihat ke sini lagi. Ini saya mau nonton juga," kata Jokowi saat itu.

Warga pun menuruti apa yang dikatakan Jokowi meskipun sepanjang acara tak sedikit warga yang mencoba mengambil gambar Jokowi yang sedang serius mengikuti jalan cerita yang naskahnya ditulis Atilah Soeryadjaya itu.

Selama acara, tak jarang pula Jokowi diajak mengobrol dan tertawa bersama warga yang duduk di sekelilingnya. Di tengah-tengah pertunjukan, ia diberi sebuah buku Sejarah Jakarta karangan Ridwan Saidi oleh seorang warga.

Aksi lesehan bersama warga itu, kata Jokowi, agar mendapatkan view terbaik menonton pagelaran Ariah dan lebih dekat dengan panggung. Selepas pertunjukan selesai, Jokowi langsung berdiri dengan sigap dan meninggalkan area "Pesta Rakyat". Dia lagi-lagi menjemput rombongan Megawati dan mengantarkannya ke mobil yang bersiap mengantar mereka pulang.

Penjagaan yang ketat membuat para warga sulit untuk dapat bersalaman dengan Jokowi dan mantan Presiden RI tersebut. Walau demikian, Jokowi dan Megawati tetap harus "berjuang" ekstra untuk menerobos kerumunan warga yang ingin bertemu dan bersalaman dengan Ketua Umum dan kader PDI Perjuangan tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

    Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

    Megapolitan
    Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

    Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

    Megapolitan
    Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

    Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

    Megapolitan
    Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

    Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

    Megapolitan
    Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

    Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

    Megapolitan
    Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

    Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

    Megapolitan
    Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

    Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

    Megapolitan
    “Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

    “Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

    Megapolitan
    Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

    Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

    Megapolitan
    Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

    Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

    Megapolitan
    Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

    Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

    Megapolitan
    Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

    Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

    Megapolitan
    Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

    Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

    Megapolitan
    Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

    Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

    Megapolitan
    Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

    Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

    Megapolitan
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com