Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Basuki Jelaskan Molornya JLNT Kampung Melayu-Tanah Abang

Kompas.com - 03/07/2013, 15:29 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Penyelesaian pembangunan jalan layang non-tol (JLNT) Kampung Melayu-Tanah Abang kembali molor. Penyelesaian pembangunan JLNT itu diperkirakan baru akan rampung dua bulan lagi, atau September 2013.

Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengatakan, kontraktor JLNT tersebut, PT Istaka Karya, sedang menunggu alat penyangga berat yang dibeli dari Taiwan. Untuk menunggu datangnya alat tersebut, membutuhkan waktu hingga satu bulan.

"Kontraktor sedang menunggu pembelian alat berat dari Taiwan. Mungkin butuh dua bulan untuk menyelesaikan pengerjaan itu," kata Basuki di Balaikota Jakarta, Rabu (3/7/2013).

Basuki menjelaskan, alat berat itu sangat dibutuhkan karena kontraktor tidak bisa sembarangan melakukan pengecoran jalan. Kondisi jalan di sepanjang Jalan KH Mas Mansyur, katanya, termasuk jalan padat kendaraan bermotor, terutama pada jam-jam sibuk.

Apabila tidak menggunakan alat berat khusus, maka akan menambah kemacetan arus lalu lintas di kawasan tersebut. "Alat berat khusus itu untuk mengecor bagian yang belum dicor. Mereka tidak bisa sembarangan mengecor pakai alat besar yang bisa bikin macet. Makanya mereka harus punya alat yang tidak membuat macet di sekitar jalan layang," kata pria yang akrab disapa Ahok itu.

Sementara Kepala Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta Manggas Rudy Siahaan mengatakan, JLNT Kampung Melayu-Tanah Abang akan selesai pada September mendatang. Tenggat waktu ini meleset dari target sebelumnya pada akhir Juni lalu.

Jika Basuki telah mengetahui penyebab keterlambatan penyelesaian pengerjaan JLNT, Manggas malah mengaku tak mengetahui apa yang menjadi penyebab molornya penyelesaian JLNT. Untuk melaksanakan pengecoran, kata dia, kontraktor biasanya bekerja pada malam hari.

Di sisi lain, menurutnya, ruang gerak kontraktor tak maksimal karena jalan yang sempit. "Saya belum tahu, kami sedang menghitung. Kemungkinan penyelesaian pembangunan proyek ini mundur hingga September," kata Manggas.

Pengerjaan proyek ini dimulai tahun 2010 dan dikerjakan dalam beberapa paket. Paket Casablanca dikerjakan kontraktor PT Wijaya Karya dan PT Wijaya Konstruksi. Lalu paket Dr Satrio dikerjakan PT Adhi Karya. Adapun paket Mas Mansyur dikerjakan PT Istaka Karya dan PT Sumber Sari dengan subkontraktor PT Nindya Karya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Harga Bawang Merah di Pasar Senen Blok III Naik Dua Kali Lipat Sejak Lebaran

    Harga Bawang Merah di Pasar Senen Blok III Naik Dua Kali Lipat Sejak Lebaran

    Megapolitan
    Dua Anggota TNI yang Tersambar Petir di Cilangkap Sedang Berteduh di Bawah Pohon

    Dua Anggota TNI yang Tersambar Petir di Cilangkap Sedang Berteduh di Bawah Pohon

    Megapolitan
    Imam Budi Hartono dan Partai Golkar Jalin Komunikasi Intens untuk Pilkada Depok 2024

    Imam Budi Hartono dan Partai Golkar Jalin Komunikasi Intens untuk Pilkada Depok 2024

    Megapolitan
    Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Baru 2 Bulan Indekos di Bekasi

    Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Baru 2 Bulan Indekos di Bekasi

    Megapolitan
    Dua Anggota TNI Tersambar Petir di Cilangkap, Satu Orang Meninggal Dunia

    Dua Anggota TNI Tersambar Petir di Cilangkap, Satu Orang Meninggal Dunia

    Megapolitan
    Pasien DBD Meningkat, PMI Jakbar Minta Masyarakat Gencar Jadi Donor Darah

    Pasien DBD Meningkat, PMI Jakbar Minta Masyarakat Gencar Jadi Donor Darah

    Megapolitan
    Sembilan Tahun Tempati Rusunawa Muara Baru, Warga Berharap Bisa Jadi Hak Milik

    Sembilan Tahun Tempati Rusunawa Muara Baru, Warga Berharap Bisa Jadi Hak Milik

    Megapolitan
    Fraksi PSI: Pembatasan Kendaraan di UU DKJ Tak Cukup untuk Atasi Kemacetan

    Fraksi PSI: Pembatasan Kendaraan di UU DKJ Tak Cukup untuk Atasi Kemacetan

    Megapolitan
    Polisi Pesta Narkoba di Depok, Pengamat: Harus Dipecat Tidak Hormat

    Polisi Pesta Narkoba di Depok, Pengamat: Harus Dipecat Tidak Hormat

    Megapolitan
    Belajar dari Kasus Tiktoker Galihloss: Buatlah Konten Berdasarkan Aturan dan Etika

    Belajar dari Kasus Tiktoker Galihloss: Buatlah Konten Berdasarkan Aturan dan Etika

    Megapolitan
    Cari Calon Wakil Wali Kota, Imam Budi Hartono Sebut Sudah Kantongi 6 Nama

    Cari Calon Wakil Wali Kota, Imam Budi Hartono Sebut Sudah Kantongi 6 Nama

    Megapolitan
    Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

    Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

    Megapolitan
    Foto Presiden-Wapres Prabowo-Gibran Mulai Dijual, Harganya Rp 250.000

    Foto Presiden-Wapres Prabowo-Gibran Mulai Dijual, Harganya Rp 250.000

    Megapolitan
    Pemprov DKI Diingatkan Jangan Asal 'Fogging' buat Atasi DBD di Jakarta

    Pemprov DKI Diingatkan Jangan Asal "Fogging" buat Atasi DBD di Jakarta

    Megapolitan
    April Puncak Kasus DBD, 14 Pasien Masih Dirawat di RSUD Tamansari

    April Puncak Kasus DBD, 14 Pasien Masih Dirawat di RSUD Tamansari

    Megapolitan
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com