Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Tanpa Calo, Urus STNK Bisa Berminggu-minggu"

Kompas.com - 08/07/2013, 09:45 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Meski memberi tarif berlipat-lipat dari harga resmi, calo STNK di Samsat Bersama Polda Metro Jaya menjanjikan kecepatan. Masyarakat yang membutuhkan jasa mereka pun tidak perlu menunggu berlama-lama.

"Ngurus STNK cuma empat hari. Kalai ngurus sendiri berminggu-minggu," kata Otong, bukan nama aslinya, salah seorang calo STNK yang ditemui di parkiran pada Jumat (5/7/2013).

Biasanya, warga yang mengurus STNK atau surat-surat kendaraan lainnya enggan mengurus sendiri karena tidak mau repot. Misalnya saja ED, salah seorang pengguna calo STNK.

"Saya tadi sudah coba urus sendiri, tapi orang dalam yang sering kami mintai tolong tadi tidak ada, makanya pakai calo saja. Sekalian bagi-bagi rezekilah," kata ED di Samsat Jakarta Timur.

Untuk perpanjangan STNK mobil Panther yang pajaknya Rp 1.023.000, calo meminta uang Rp 1,2 juta. Sementara itu, untuk STNK motor yang pajaknya Rp 243.000, calo meminta Rp 250.000.

Saat calo mengurus STNK, ED menunggu di depan kantor Samsat. Sekitar 30 menit kemudian, calo sudah kembali membawa STNK mobil yang pajaknya telah diperpanjang. Lima belas menit kemudian calo kembali lagi membawa STNK motor dengan masa pajak yang telah diperpanjang.

Dari STNK mobil, sang calo mengaku hanya mendapat Rp 65.000. ED pun dimintai uang jasa mengurus surat-surat tersebut. ED sambil tertawa akhirnya menyerahkan Rp 250.000 ke calo yang telah membantunya mengurus STNK.

Menurut para calo, mereka ada karena memang tidak sedikit masyarakat yang membutuhkannya. "Kalau enggak ada yang butuh, kita juga enggak mungkin ada di sini. Kita kan hanya mau meringankan urusan orang. Kasihan soalnya, kalau ngurus sendiri ribet," kata Otong.

Lastri (34) yang baru menggunakan jasa calo untuk mengurus STNK motor Honda Beat-nya mengaku sangat terbantu menggunakan jasa calo. "Kalau ngurus sendiri saya enggak kuat deh, Mas. Dulu pernah nemenin temen saya, ribet banget. Lempar sana, lempar sini. Kalau ngurus sendiri juga habis Rp 400.000. Mending bayar Rp 500.000 tapi urusannya cepat, kita juga enggak capek," kata ibu dua anak tersebut.

Saat beroperasi, para calo itu tidak sembunyi-sembunyi. Meski ada polisi, mereka tetap dengan mudah ditemui di depan pintu gerbang kantor Samsat.

"Kenapa harus takut? Kami kan bukan penjahat. Kan cuma membantu saja. Kalau mau dibantu syukur, kalau enggak ya enggak apa-apa, enggak maksa," ujar Madun, teman Otong. (ote/gps/bum)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

Megapolitan
Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Megapolitan
Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Megapolitan
Uang Korban Dipakai 'Trading', Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Uang Korban Dipakai "Trading", Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Megapolitan
Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' Berhasil Diidentifikasi

Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" Berhasil Diidentifikasi

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Megapolitan
Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Megapolitan
Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Megapolitan
Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Megapolitan
Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Megapolitan
Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com