Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kapolda Jateng: Ekonomi, Motif Aksi Dukun Jagal Gunung Sumbing

Kompas.com - 31/07/2013, 08:09 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

MAGELANG, KOMPAS.com — Kepolisian menyatakan sampai saat ini motif utama kasus "dukun" Muhyaro (41) adalah kejahatan ekonomi, berupa penggandaan uang. Di antara korban Muhyaro yang kemudian tewas dibunuh adalah Yolanda Rifan, putra Guru Besar Undip semarang, Prof Dr Badra Nawawi.

"Bagaimana uang Rp 1 juta menjadi Rp 10 juta, Rp 10 juta menjadi Rp 100 juta. Bahkan ada korban yang membawa uang cukup banyak. Jadi motifnya motif ekonomi," kata Kapolda Jateng Irjen Pol Dwi Priyatno seusai melakukan kunjungan ke Mapolres Magelang, Selasa (30/7/2013). Polisi meyakini ada uang perantara yang diterima anggota jaringan Muhyaro.

Saat ini kepolisian masih terus berupaya mengungkap jaringan penipuan bermotif penggandaan uang tersebut. Lima saksi yang diduga kuat terlibat kasus hilangnya Yolanda dan praktik perdukunan Muhyaro telah dimintai keterangan.

Selain itu, penyisiran di sekitar rumah Muhyaro masih terus dilakukan dengan melibatkan tim Labfor Mabes Polri dan Polres Magelang. Rumah itu berada di lereng Gunung Sumbing, tepatnya di Dusun Petung, Desa Ngemplak, Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang.

"Mudah-mudahan dalam waktu dekat kami sudah menemukan titik terang. Kemungkinan korban pembantaian Muhyaro lebih dari tiga orang. Jadi kami masih lakukan pengembangan," tegas Dwi. Dari hasil pemeriksaan pada jasad tiga korban yang telah ditemukan, kata dia, semua memiliki luka fisik yang sama yakni benturan benda tumpul di kepala bagian belakang.

Semua jasad juga dalam keadaan diikat di bagian kaki dan kedua mata ditutup kain. Satu dari tiga jasad itu diidentifikasi sebagai Yolanda. Sementara dua korban lain belum teridentifikasi. Dua korban tersebut berjenis kelamin laki-laki, dengan usia di kisaran 40-45 tahun. Sejauh ini, kata Dwi, kepolisian belum menerima laporan kehilangan yang mengarah kepada kedua korban.

"Kami harap jika ada masyarakat yang kehilangan anggota keluarganya untuk menghubungi Polda (Jawa Tengah), Polres Magelang, RS Bhayangkara Semarang, atau kantor polisi terdekat untuk mengecek apakah dua jenazah itu (merupakan kerabatnya)," imbau Dwi.

Diberitakan sebelumnya, Muhyaro ditangkap oleh tim resmob Polda Jateng atas kasus penggandaan uang, Kamis (25/7/2013). Namun, Muhyaro tewas setelah terjun ke dalam jurang sedalam 100 meter saat diminta menunjukkan lokasi penguburan korban-korbannya.

Naas, saat menerjunkan diri, Muhyaro menyeret Kanit Resmob Polda, AKP Yahya R Lihu, yang tangannya terborgol ke tangan Muhyaro. Yahya meninggal di rumah sakit karena lukanya. Setelah insiden tersebut, Tim Gabungan Polda Jawa Tengah dan Polres Kabupaten Magelang melakukan penyisiran dan menemukan tiga mayat yang terkubur di kebun milik Muhyaro.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com