Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Musim Mudik, Kok Stasiun Gambir Tak Seramai Senen?

Kompas.com - 06/08/2013, 11:16 WIB
Alsadad Rudi

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Pada musim mudik, Stasiun Gambir sedikit sepi, sementara Stadiun Senen padat. Hal itu terlihat di ruang tunggu penumpang.

Kepala Humas PT KAI Sugeng Priyono beberapa hari lalu mengatakan, Stasiun Gambir dan Stasiun Senen memiliki perbedaan karakteristik penumpang. Menurutnya, penumpang di Stasiun Gambir biasanya enggan berlama-lama di stasiun. Hal itu karena penumpang di Gambir sudah paham bahwa jika tiket sudah di tangan, maka datanglah ke stasiun dengan seperlunya saja.

"Di Gambir tidak pernah ada penumpukan penumpang. Penumpang datang tak lama sebelum kereta berangkat. Tentu yang dimaksud di sini datangnya enggak mepet-mepet juga ya," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Jumat (2/8/2013).

Sementara itu di Stasiun Senen, kata Sugeng, penumpang memiliki karakteristik meramaikan stasiun. Perilaku ini jelas membuat stasiun lebih sumpek karena menumpuknya penumpang.

"Mereka sudah ada tiket, tapi tetap datang pagi padahal kereta berangkatnya sore. Alasannya takut macet, Pak, takut ketinggalan kereta-lah," ungkap Sugeng.

Menurutnya, masyarakat yang hendak mudik dengan kereta sebenarnya bisa saja tidak perlu meramaikan dan menghabiskan waktu lama di stasiun, yang pada akhirnya menyebabkan kepadatan penumpang di tempat tersebut. Hal itu bisa dilakukan dengan memberikan pemahaman kepada para penumpang, yaitu jika tiket sudah diperoleh, maka tidak perlu lagi datang cepat-cepat ke stasiun.

"Sebaiknya datanglah tepat waktu, dalam artian datanglah tak lama sebelum kereta berangkat, bisa satu jam sebelumnya, sehingga tidak ada penumpukan penumpang di stasiun. Apalagi stasiun kan daya tampungnya terbatas," ungkapnya.

Sugeng menyadari perbedaan karakteristik penumpang di Stasiun Gambir dan Stasiun Senen karena dilihat pula dari kelas kereta. Stasiun Gambir merupakan stasiun yang melayani pemberangkatan dan kedatangan kereta eksekutif, sedangkan Stasiun Senen untuk kereta bisnis dan ekonomi.

Namun, Sugeng berharap agar kelas kereta yang kemudian mengindikasikan kelas ekonomi calon penumpang tidak menjadi alasan. Dia berharap, dengan edukasi dan sosialisasi yang benar, perilaku semua penumpang merata.

"Kita berharap ke depannya, suasana Stasiun Senen juga seperti Stasiun Gambir. Tidak perlu menumpuk dan meramaikan stasiun," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pendaftaran Cagub Independen Jakarta Dibuka 5 Mei 2024, Syaratnya 618.750 KTP Pendukung

Pendaftaran Cagub Independen Jakarta Dibuka 5 Mei 2024, Syaratnya 618.750 KTP Pendukung

Megapolitan
Polisi Tilang 8.725 Pelanggar Ganjil Genap di Tol Jakarta-Cikampek Selama Arus Mudik dan Balik

Polisi Tilang 8.725 Pelanggar Ganjil Genap di Tol Jakarta-Cikampek Selama Arus Mudik dan Balik

Megapolitan
Belajar dari Pemilu 2024, KPU DKI Mitigasi TPS Kebanjiran Saat Pilkada

Belajar dari Pemilu 2024, KPU DKI Mitigasi TPS Kebanjiran Saat Pilkada

Megapolitan
Kisah Bakar dan Sampan Kesayangannya, Menjalani Masa Tua di Perairan Pelabuhan Sunda Kelapa

Kisah Bakar dan Sampan Kesayangannya, Menjalani Masa Tua di Perairan Pelabuhan Sunda Kelapa

Megapolitan
Bandara Soekarno-Hatta Jadi Bandara Tersibuk se-Asia Tenggara Selama Periode Mudik Lebaran

Bandara Soekarno-Hatta Jadi Bandara Tersibuk se-Asia Tenggara Selama Periode Mudik Lebaran

Megapolitan
KPU DKI Susun Jadwal Pencoblosan Pilkada 2024 jika Terjadi Dua Putaran

KPU DKI Susun Jadwal Pencoblosan Pilkada 2024 jika Terjadi Dua Putaran

Megapolitan
Mengapa Warung Madura di Jabodetabek Buka 24 Jam?

Mengapa Warung Madura di Jabodetabek Buka 24 Jam?

Megapolitan
Misteri Motif Selebgram Meli Joker Pilih Akhiri Hidup dengan 'Live' Instagram, Benjolan di Kepala Sempat Disorot

Misteri Motif Selebgram Meli Joker Pilih Akhiri Hidup dengan "Live" Instagram, Benjolan di Kepala Sempat Disorot

Megapolitan
Dishub DKI Kaji Usulan Kenaikan Tarif Rp 3.500 Bus Transjakarta yang Tak Berubah sejak 2007

Dishub DKI Kaji Usulan Kenaikan Tarif Rp 3.500 Bus Transjakarta yang Tak Berubah sejak 2007

Megapolitan
Tarif Sementara Bus Transjakarta ke Bandara Soekarno-Hatta Rp 3.500, Berlaku Akhir April 2024

Tarif Sementara Bus Transjakarta ke Bandara Soekarno-Hatta Rp 3.500, Berlaku Akhir April 2024

Megapolitan
Banjir di 18 RT di Jaktim, Petugas Berjibaku Sedot Air

Banjir di 18 RT di Jaktim, Petugas Berjibaku Sedot Air

Megapolitan
Kronologi Penangkapan Pembunuh Tukang Nasi Goreng yang Sembunyi di Kepulauan Seribu, Ada Upaya Mau Kabur Lagi

Kronologi Penangkapan Pembunuh Tukang Nasi Goreng yang Sembunyi di Kepulauan Seribu, Ada Upaya Mau Kabur Lagi

Megapolitan
Kamis Pagi, 18 RT di Jaktim Terendam Banjir, Paling Tinggi di Kampung Melayu

Kamis Pagi, 18 RT di Jaktim Terendam Banjir, Paling Tinggi di Kampung Melayu

Megapolitan
Ujung Arogansi Pengendara Fortuner Berpelat Palsu TNI yang Mengaku Adik Jenderal, Kini Jadi Tersangka

Ujung Arogansi Pengendara Fortuner Berpelat Palsu TNI yang Mengaku Adik Jenderal, Kini Jadi Tersangka

Megapolitan
Paniknya Remaja di Bekasi Diteriaki Warga Usai Serempet Mobil, Berujung Kabur dan Seruduk Belasan Kendaraan

Paniknya Remaja di Bekasi Diteriaki Warga Usai Serempet Mobil, Berujung Kabur dan Seruduk Belasan Kendaraan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com