Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/08/2013, 07:48 WIB

Siti Zuhro, pengamat politik LIPI

JAKARTA, KOMPAS.com — Keterangan LSM Ahok Center dalam pengelolaan ataupun pengawasan dana CSR memang patut dipertanyakan. Kebiasaan di Indonesia, ketika seorang pemimpin terpilih dalam proses secara langsung, maka tim sukses atau relawan merasa berjasa.

Mereka akan menunggu giliran mendapat "jatah" dalam pengelolaan uang negara ataupun kepentingan-kepentingan lainnya. Mereka bahkan rela menunggu sebulan, tiga bulan, enam bulan, hingga bertahun-tahun untuk mendapat jasa semacam ini.

Pasangan Jokowi-Ahok kan sudah hampir setahun menjabat. Selama ini, mereka selalu menjadi role model atau contoh pemerintahan yang bersih. Sudah seharusnya keduanya melakukan kebijakan yang profesional.

Nama sebuah LSM, seperti Ahok Center, itu sangat identik dan bisa dikesankan sebagai "jualan". Saya sarankan, tidak ada lagi nama-nama seperti itu karena pasangan ini sudah menjadi milik warga Jakarta. Jokowi dan Ahok seharusnya bisa menggunakan institusi formal di Pemprov DKI untuk melakukan semua programnya.

Pemprov DKI banyak memiliki SKPD yang kemampuannya sangat baik. Jika memang harus menggandeng pihak luar, lakukan dengan cara yang benar. Sebab jasa konsultan, pengawasan, atau apa pun juga—termasuk yang dilelang—bukan ditunjuk langsung, apalagi menggunakan anggaran negara.

Kalau LSM itu mengawasi dan mendapat uang dari milik pemerintah, maka mereka harus mendapatkannya dengan cara yang benar. Jangan sampai profesionalisme dan akuntabilitas pasangan ini hancur karena LSM bentukan mereka sendiri.

Relawan ini kan banyak, kalau satu diakomodasi, maka yang lainnya juga akan minta diakomodasi. Mereka menunggu dan menagih hal yang sama.

Apakah Jokowi-Ahok bisa menangani kemungkinan bola salju penagih tim sukses ini? Seharusnya pemilihan pihak luar untuk mengawasi program pemerintahan dilakukan dengan transparan hingga tidak muncul tuduhan-tuduhan seperti kolusi, kekerabatan, dan faktor suka atau tidak suka.

Jika LSM atau pihak-pihak yang merasa berjasa dalam pemenangan Jokowi-Ahok terus-menerus diakomodasi untuk kepentingan mereka pribadi, maka hujan kritik akan terus mendatangi Jokowi-Ahok. Kalau memang LSM itu mampu profesional, mungkin tidak masalah. Namun, apakah mereka benar-benar profesional? Jangan-jangan yang sudah jelas-jelas tidak mumpuni malah ditunjuk. Itu indikasi jelas atas nepotisme.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jakarta Lebaran Fair Jadi Hiburan Warga yang Tak Mudik

Jakarta Lebaran Fair Jadi Hiburan Warga yang Tak Mudik

Megapolitan
Pemkot Tangsel Menanti Bus Transjakarta Rute Pondok Cabe-Lebak Bulus Beroperasi

Pemkot Tangsel Menanti Bus Transjakarta Rute Pondok Cabe-Lebak Bulus Beroperasi

Megapolitan
Jelang Hari Terakhir, Jakarta Lebaran Fair Masih Ramai Dikunjungi

Jelang Hari Terakhir, Jakarta Lebaran Fair Masih Ramai Dikunjungi

Megapolitan
Berenang di Kolam Dewasa, Bocah 7 Tahun di Bekasi Tewas Tenggelam

Berenang di Kolam Dewasa, Bocah 7 Tahun di Bekasi Tewas Tenggelam

Megapolitan
Bangunan Toko 'Saudara Frame' yang Terbakar Hanya Punya 1 Akses Keluar Masuk

Bangunan Toko "Saudara Frame" yang Terbakar Hanya Punya 1 Akses Keluar Masuk

Megapolitan
Pemkot Dukung Proyek MRT Menuju Tangsel, tetapi Butuh Detail Perencanaan Pembangunan

Pemkot Dukung Proyek MRT Menuju Tangsel, tetapi Butuh Detail Perencanaan Pembangunan

Megapolitan
Fakta-fakta Penemuan Jasad Wanita yang Sudah Membusuk di Pulau Pari, Hilang Sejak 10 Hari Lalu

Fakta-fakta Penemuan Jasad Wanita yang Sudah Membusuk di Pulau Pari, Hilang Sejak 10 Hari Lalu

Megapolitan
Cerita 'Horor' Bagi Ibu Pekerja Setelah Lebaran, ART Tak Kembali dan Minta 'Resign'

Cerita "Horor" Bagi Ibu Pekerja Setelah Lebaran, ART Tak Kembali dan Minta "Resign"

Megapolitan
Polisi Pastikan Kecelakaan yang Tewaskan Penumpang Motor di Bekasi Bukan karena Balapan Liar

Polisi Pastikan Kecelakaan yang Tewaskan Penumpang Motor di Bekasi Bukan karena Balapan Liar

Megapolitan
MRT Bakal Masuk Tangsel, Wali Kota Harap Ada Pembahasan dengan Pemprov DKI

MRT Bakal Masuk Tangsel, Wali Kota Harap Ada Pembahasan dengan Pemprov DKI

Megapolitan
Polisi Periksa Satpam dan 'Office Boy' dalam Kasus Pencurian di Rumah Pemenangan Prabowo-Gibran

Polisi Periksa Satpam dan "Office Boy" dalam Kasus Pencurian di Rumah Pemenangan Prabowo-Gibran

Megapolitan
Sudah Rencanakan Aksinya, Maling Motor Naik Ojol ke Benhil untuk Cari Target

Sudah Rencanakan Aksinya, Maling Motor Naik Ojol ke Benhil untuk Cari Target

Megapolitan
4 Korban Kebakaran 'Saudara Frame' yang Disemayamkan di Rumah Duka Jelambar adalah Satu Keluarga

4 Korban Kebakaran "Saudara Frame" yang Disemayamkan di Rumah Duka Jelambar adalah Satu Keluarga

Megapolitan
4 Korban Kebakaran di Mampang Disebut Akan Dimakamkan di TPU Gunung Gadung Bogor

4 Korban Kebakaran di Mampang Disebut Akan Dimakamkan di TPU Gunung Gadung Bogor

Megapolitan
Polisi Tunggu Hasil Laboratorium untuk Tentukan Penyebab Kematian Perempuan di Pulau Pari

Polisi Tunggu Hasil Laboratorium untuk Tentukan Penyebab Kematian Perempuan di Pulau Pari

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com