Menurut Jaya Suprana, pergelaran yang mengusung tema percintaan ini melibatkan anak-anak muda dengan tujuan untuk menarik penonton dari kalangan generasi muda agar tertarik menyaksikan kesenian wayang orang sebagai salah satu seni pertunjukan asli Indonesia. "Harapannya agar dapat lebih mendekatkan serta menumbuhkan minat serta kecintaan pemuda-pemudi Indonesia terhadap kebudayaan Indonesia," ujar Jaya Suprana.
Pergelaran “Arjuna Galau” juga melibatkan partisipasi dari banyak kalangan dan beberapa nama artis besar seperti Maudy Koesnaedi, Wulan Guritno, Amink, Tina Toon, Feni Rose, Penta Boyz serta menggandeng beberapa kaum sosialita pecinta budaya seperti Yasmin Gita Wiryawan, Bai Papulo, Ninok Leksono, Kelly Humardani, Gendis Wicaksono Soeharto, Inayah Wahid, Anette Anhar, Mulan Kwik Kian Gie, Manda dan Janna Soekasah. Tidak ketinggalan pula public figur seperti KRMT. Roy Suryo, Linda Amalia Sari Gumelar dan Mari Elka Pangestu.
Jaya Suprana menambahkan, kata 'galau' di dalam judul pertunjukan memang mengacu pada bahasa gaul. "Bahasa gaul adalah bahasa anak muda, maka wayang gaul ini pantas dihargai karena mereka merangkul anak muda, bukan hanya untuk menikmati tapi juga sebagai pelaku. Ini salah satu mata rantai pembinaan terhadap seni budaya Indonesia."
Menurut Renitasari Adrian (Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation), "Saat ini generasi muda mulai meninggalkan wayang, karena itu kami mendukung kelompok-kelompok yang mengangkat seni budaya dalam kemasan kekinian. Menurut kami, 'Arjuna Galau' didukung oleh mereka yang punya kepedulian terhadap seni budaya kita."
Menegaskan pernyataan Jaya Suprana, Aylawati Sarwono yang bertindak sebagai produser eksekutif pergelaran ini mengungkap, alasan dirinya menggunakan kata "wayang orang gaul" sebetulnya lebih untuk mendekatkan diri kepada anak-anak muda agar mereka mengenal dan mencintai wayang. Ini, katanya, berawal dari setahun lalu, saat Yessy Sutiyoso yang mewakili anak muda bilang, kenapa yang main dan yang noton wayang orang kok orang-orang tua saja, kenapa tidak merangkul anak-anak muda? "Saya langsung menyambut gagasan Yessy, kenapa tidak kita coba. Saya konsultasi kepada para pakar. Mereka bilang, kita boleh mengemasnya dalam bentuk apapun, yang penting tidak boleh meninggalkan pakem. Akhirnya muncullah breakdance Jawa, gangnam Jawa sebagai adaptasi dari kekinian," tutup Aylawati.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.