JAKARTA, KOMPAS.com
 — Kawasan pusat jual beli pakaian Tanah Abang kini semakin menarik. Setelah penataan yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta, kawasan ini menjadi terlihat lebih bersih dan rapi. Kemacetan dan kesemrawutan yang menghantui Tanah Abang selama ini mulai terurai. Meskipun belum sempurna, kawasan ini mulai nyaman dikunjungi.

Konsistensi pemangku kebijakan di saat awal menata Tanah Abang merupakan salah satu kunci keberhasilan. Pedagang kaki lima disediakan tempat di Pasar Blok G. Setelahnya, tidak ada ampun lagi karena diberlakukan larangan berdagang di tepi jalan dan di trotoar.

Sekarang, trotoar sudah dikembalikan fungsinya menjadi tempat bagi pejalan kaki. Menuju pusat perbelanjaan Tanah Abang bisa dengan memakai transportasi massal.

Selain KRL, sejumlah bus juga melintasi kawasan ini, baik bus kecil, sedang, maupun besar. Ada pula angkutan perbatasan terintegrasi bus transjakarta (APTB) Bekasi yang lewat Tanah Abang. Hanya, tempat menunggu bus ini tidak terpusat di halte-halte yang ada, tetapi masih di sepanjang jalan.

Sementara itu, bibit-bibit kemunculan PKL mulai tampak. Di Jalan Jatibaru Raya, mulai ada beberapa pedagang yang membawa kotak penyimpan minuman botol dan menggelar dagangan di trotoar. Mereka juga menyediakan kursi plastik untuk pengunjung yang singgah.

Parkir di badan jalan juga mulai bermunculan lagi. Salah satunya di depan Stasiun Tanah Abang. Di satu sisi, parkir sepeda motor memakan badan jalan, sementara di seberang jalan, parkir ada di trotoar. Di Jalan Kebon Jati, seberang Blok G, parkir sepeda motor mulai terlihat di trotoar meskipun masih menyisakan ruang bagi pejalan kaki.

Hal lain yang belum teratasi adalah masih banyaknya angkot yang ngetem, antara lain, di depan pintu keluar Stasiun Tanah Abang di Jalan Kebon Jati dan Jati Bunder. Hal ini membuat arus lalu lintas di seputar kawasan itu menjadi tersendat.

Malas naik

Salah satu tempat belanja yang banyak mendapatkan sorotan selama penataan Tanah Abang adalah Blok G. Lokasi yang dikelola PD Pasar Jaya ini menjadi tempat penampungan bagi PKL yang semula berjualan di pinggir jalan. Pasar yang semula suram dan sepi, kini, dicat dengan warna dominan oranye. Pedagang juga mulai ramai di empat lantai pasar itu.

Bahkan, hiburan musik disediakan di trotoar depan pasar demi menarik pengunjung ke pasar. Hiburan ini merupakan amanat Gubernur Joko Widodo untuk meramaikan Blok G.

Seperti yang terjadi pada Minggu (15/9/2013), di sebuah tenda putih, tersedia musik Melayu. Orang-orang ramai mengerumuni tenda ini untuk mendengarkan pertunjukan musik.

Namun, keramaian di depan Blok G ini tidak serta-merta membuat pembeli ramai mengunjungi pasar, terutama di lantai tiga atau tingkat keempat pasar ini. "Tadi saya beli sepatu anak, tetapi hanya di lantai satu (tingkat kedua). Kalau sampai atas, malas juga naiknya," kata Abdul, warga Kota Bambu yang berbelanja di Blok G.

Lantai dasar, satu, dan dua Blok G memang terlihat ramai pembeli. Lantai dasar dan satu merupakan tempat berjualan sayur, bahan kebutuhan pokok, serta sebagian dipakai untuk kios tas dan sepatu. Sementara pedagang pakaian berada di lantai dua dan tiga.

Sepinya pembeli di lantai paling atas Blok G ini dirasakan Emi dan Liza, pedagang pakaian. Tidak setiap hari ada dagangan yang laku terjual. "Kadang dua hari baru ada baju laku. Dalam sehari, paling hanya laku dua baju. Waktu masih PKL, sehari minimal enam potong baju terjual," kata Emi, yang menjual daster.

Emi berpendapat, tidak adanya eskalator menuju lantai empat Blok G ini ikut membuat pembeli enggan naik. Padahal, PD Pasar Jaya sudah memperbaiki tangga di dalam pasar serta dari Jalan Jati Baru dan Kebon Jati menuju Blok G.

"Kalau di Blok A atau B ada eskalator atau lift sehingga orang mudah naik-turun dengan membawa belanjaan," katanya.

Liza mengatakan, pedagang banyak yang mulai berjualan pukul 10.00 dan menutup kios mereka pukul 16.00. "Ada juga yang tutup sebelum pukul 16.00 karena enggak ada yang belanja lagi," katanya.

Mereka berharap Blok G akan segera ramai. (ART)