Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Manfaatkan Ruang Terbuka untuk Menekan Tawuran

Kompas.com - 16/09/2013, 17:25 WIB
Zico Nurrashid Priharseno

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Untuk kesekian kalinya, tawuran antarwarga kembali terjadi di kawasan Johar Baru, Jakarta Pusat. Entah berawal dari mana, tiba-tiba kedua kelompok warga saling serang tanpa penyebab yang jelas.

Tawuran antar warga di Johar Baru terakhir terjadi pada Minggu (15/9/2013) sekitar pukul 21.00. Warga Gang Intan dan Gang Topaz RW 1 dan RW 2, Johar Baru, itu saling serang dengan menggunakan berbagai macam benda. Dalam sebulan, lima sampai enam kali tawuran pecah menjelang tengah malam.

Pengamat perkotaan, Yayat Supriyatna mengatakan, aksi tawuran warga di Johar Baru tidak akan pernah berhenti jika pemerintah tidak segera mengubah tata kota di wilayah ini. Menurut Yayat, perubahan tata ruang kawasan padat penduduk akan sangat memengaruhi pola pikir dan emosi warga.

Setidaknya, ujar Yayat, ada tiga hal yang dapat menekan tingkat tawuran warga, antara lain menambah ruang terbuka. Menurut Yayat, ruang terbuka akan membuka kesempatan interaksi antarwarga dan dapat membuat pola pikir dan emosi warga menjadi lebih dingin. Warga jadi dapat berinteraksi satu sama lain dengan keadaan emosi yang terkendali.

"Kalau tidak dibuat ruang interaktif, ya masyarakat di sana masih akan terus tawuran. Di sana kan senggol sedikit saja bisa berantem lantaran tingkat emosi warga sangat tinggi. Wajar saja di sana berantem terus karena tingkat penduduk di sana sangat padat," kata Yayat saat dihubungi, Senin (16/9/2013) sore.

Dua faktor lain yang dapat menekan tawuran ialah harus ada pembinaan bagi warga untuk mencegah tawuran. Pembinaan itu bisa melalui tokoh-tokoh masyarakat. Polisi sebagai petugas keamanan harus menjalin kerja sama dengan warga dalam menyelesaikan masalah yang tak berujung ini.

Upaya lain adalah membuat rumah susun bagi warga. Kepadatan rumah-rumah dapat dikurangi dengan dibangunnya rumah susun. Bayangkan, dalam satu rumah dapat dihuni oleh sepuluh orang. Lagipula rumah-rumah tersebut tidak berukuran besar.

"Selama ini mana ada pembinaan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh masyarakat dan polisi? Ya jadinya seperti itu, tawuran terus menerus tiada akhir. Untuk itu pemerintah pusat harus segera membuat rumah susun atau mengubah pola tata ruang di daerah tersebut," kata Yayat.

Secara terpisah, Camat Johar Baru Masroni sangat menyayangkan sikap warganya yang kerap kali berseteru tanpa ada penyebab jelas. Padahal, menurut Masroni, aparat Kecamatan Johar Baru sudah sering melakukan penyuluhan dan mediasi untuk menekan tingkat tawuran.

"Sudah segala upaya kami lakukan, tapi tetap saja warga di sini senangnya tawuran. Masyarakat lainnya yang tidak terlibat tawuran sebenanya sudah geram melihat tawuran ini," kata Masroni.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Megapolitan
Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Megapolitan
Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Megapolitan
Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Megapolitan
Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Megapolitan
Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Megapolitan
Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Megapolitan
“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

Megapolitan
Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Megapolitan
Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Megapolitan
Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Megapolitan
Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Megapolitan
Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Megapolitan
Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Megapolitan
Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com