JAKARTA, KOMPAS.com —
Rumah Susun Pinus Elok, Penggilingan, Jakarta Timur, yang direncanakan untuk menampung warga yang direlokasi dari Waduk Ria Rio belum siap digunakan. Ini disebabkan persiapan di rusun tersebut baru 50 persen. Waduk Ria Rio akan direvitalisasi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Saat ini, upaya perbaikan sedang dikerjakan pengelola rusun untuk menyediakan 300 kamar bertipe 30. Menurut rencana, rusun itu akan ditempati warga pada awal Oktober mendatang.

Dari pantauan Kompas, Senin (16/9/2013), puluhan pekerja terlihat memasang instalasi listrik dan keramik serta memperbaiki pipa air yang bocor di rusun yang terdiri dari empat blok tersebut.

"Saat ini, kami sudah menyiapkan dua blok yang layak huni," kata Koordinator Pengelola Rusun Pinus Elok Hendriansyah.

Menurut Sigit Ariyanto, salah seorang pekerja, banyak sarana di Rusun Pinus Elok yang rusak karena pengerjaannya tidak beres. "Masih banyak pipa air yang bocor karena dulu dikerjakan kurang baik. Akibatnya, banyak unit kamar yang banjir ketika air dinyalakan," ujarnya.

Sigit menuturkan, pihaknya bisa mempercepat pemasangan instalasi air apabila jumlah pekerja ditambah. "Saat ini, ada delapan petugas yang bertugas untuk memasang pompa air dan perbaikan pipa," katanya.

Sementara itu, beberapa warga yang telah dua bulan tinggal di rusun itu mengeluhkan belum adanya akses transportasi.

"Anak-anak kesulitan untuk pergi ke sekolah karena jarak dari sini ke jalan umum sekitar 1 kilometer," kata Herman (50), salah seorang warga di Rusun Pinus Elok.

Terkait keluhan mengenai akses transportasi, Hendriansyah mengatakan akan segera berkoordinasi dengan Suku Dinas Perhubungan Jakarta Timur untuk menyediakan akses transportasi umum bagi warga rusun. Bahkan, pihaknya juga sudah berkoordinasi dengan dinas pendidikan untuk menempatkan anak-anak dari Ria Rio di sekolah-sekolah terdekat.

Pengamat perkotaan dari Universitas Trisakti, Yayat Supriatna, mengatakan, program revitalisasi Jakarta yang dilakukan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo harus mencakup berbagai aspek, baik fisik, ekonomi, maupun sosial. Perbaikan fisik saat ini, seperti di Waduk Pluit, Pasar Blok G Tanah Abang, dan Waduk Ria Rio, barulah tahap awal dari sejumlah tahap yang harus dilakukan.

Tantangan sebenarnya, lanjut Yayat, adalah mendorong revitalisasi secara menyeluruh. "Perbaikan fisik kawasan diharapkan bisa mengakomodasi kegiatan ekonomi sehingga mampu memberikan nilai tambah bagi kawasan kota. Kegiatan revitalisasi juga harus dapat meningkatkan dinamika dan kehidupan sosial warga," papar Yayat.

Sejauh ini, ujarnya, dalam melakukan revitalisasi sejumlah tempat di Jakarta, Jokowi mengadopsi gaya kepemimpinannya di Solo. "Ia juga berani menawarkan sesuatu yang tidak lazim, seperti blusukan, dialog, mendengar, dan memantau pelaksanaan proses kegiatan langsung," kata Yayat.

Sejumlah kendala yang dihadapi Jokowi saat ini terjadi, antara lain, karena pelanggaran aturan, seperti penyerobotan tanah negara atau ruang publik, menjadi hal biasa akibat tidak ditegakkannya aturan.

"Terlalu lama terjadi pembiaran. Wilayah usaha atau tempat tinggal yang melanggar hukum seakan menjadi sah secara informal karena adanya kutipan atau retribusi," ujar Yayat. (k06/ray)