JAKARTA, KOMPAS —
Artefak emas yang hilang dari Museum Nasional diduga sudah berada di luar negeri. Tiga lempeng emas dan satu cepuk dari masa Kerajaan Mataram Kuno abad ke-10 hingga abad ke-11 Masehi itu berada di tangan penadah yang mendapat pesanan dari kolektor di Eropa.

Koordinator Masyarakat Advokasi Warisan Budaya (Madya) Jhohannes Marbun, Senin (16/9/2013), mengatakan, empat artefak emas Museum Nasional itu sudah berada di salah satu negara di Asia dan akan segera diterbangkan ke Eropa.

"Informasi ini perlu segera ditindaklanjuti polisi sekaligus untuk mengklarifikasi kebenarannya lebih lanjut," kata Marbun. Organisasi ini mengawal kasus-kasus pencurian di sejumlah museum, termasuk Museum Sonobudoyo, Yogyakarta, dan Museum Nasional.

Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto melalui pesan singkat mengatakan, sampai kemarin, belum ada keterangan akurat yang menyatakan hasil curian museum sudah berada di luar negeri. "Kami masih terus menyelidikinya," kata Rikwanto.

Empat artefak emas koleksi Museum Nasional berumur 1.000 tahun diketahui hilang pada Rabu (11/9/2013). Empat benda yang hilang tersebut adalah lempengan bulan sabit beraksara, lempengan Naga Mendekam, lempengan Harihara, dan wadah bertutup (cepuk) yang terbuat dari emas serta berukuran kecil tak sampai 10 sentimeter.

Setelah kasus pencurian tersebut, pengamanan terhadap sekitar 4.000 benda emas lainnya peninggalan abad ke-8 hingga ke-15 Masehi di Museum Nasional diperketat. Adapun total jumlah koleksi di museum tersebut adalah 141.889 benda koleksi.

Kolektor benda antik, Sjahrial Djalil, mengatakan, tidak semua benda curian langsung jatuh ke tangan kolektor.

Mirza Djalil, pengelola Museum di Tengah Kebun milik Sjahrial, mengungkapkan, belum tentu dalam sebulan ada benda antik dari Indonesia masuk katalog lelang di Christie. (IND)