Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kota Layak Huni Harus Punya Banyak Ruang Publik

Kompas.com - 20/09/2013, 23:23 WIB
Zico Nurrashid Priharseno

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Kota layak huni harus mampu menyediakan ruang publik yang layak bagi warga. Ruang publik ini dapat menjadi tempat berinteraksi sekaligus ruang berekspresi bagi warga.

Arsitek perkotaan, Sigit Kusumawijaya, mengatakan, ada lima indikator dalam penentuan kota layak huni tersebut. Indikator itu meliputi stabilitas, kesehatan, budaya dan lingkungan, pendidikan, serta infrastruktur. Ruang publik, kata Sigit, dapat masuk ke dalam hampir kelimanya.

Dari segi budaya dan lingkungan, ruang publik dapat tercipta melalui ruang terbuka hijau dengan adanya taman-taman. Di dalam taman itu masyarakat dapat berinteraksi atau pengekspresikan apa yang ia kuasai, seperti olahraga ataupun musik.

"Ruang publik secara tidak langsung dapat mendorong seseorang untuk menjaga dan mengembangkan kotanya sendiri," kata Sigit saat ditemui dalam kampanye ruang publik di Cikini, Jakarta Pusat, Jumat (20/9/2013) sore.

Ia mengatakan, Jakarta sebagai ibu kota belum memiliki ruang publik yang cukup sebagai tempat berinteraksi antarwarga. Bahkan, ruang publik seperti trotoar dan jalur pedestrian pun sudah beralih fungsi menjadi tempat parkir ataupun tempat berjualan. Pengendara sepeda motor juga sering kali merampas fungsi trotoar sebagai jalan ketika terjadi kemacetan.

Sigit mengatakan, idealnya 30 persen lahan kota diperuntukkan sebagai ruang publik. Saat ini, ruang publik di DKI Jakarta hanya sekitar sembilan persen. "Jadi butuh berpuluh-puluh lapangan Monas lagi untuk mencapai standar," kata Sigit.

Salah satu faktor kurangnya ruang publik di Jakarta adalah penggunaan tempat-tempat umum ataupun milik negara sebagai tempat tinggal ilegal. Jika pemerintah tidak serius memerangi masalah ini, ruang publik hanya menjadi impian semu yang tak pernah kunjung dinikmati warga perkotaan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemadaman Kebakaran 'Saudara Frame' Mampang Masih Berlangsung, Arus Lalu Lintas Padat Merayap

Pemadaman Kebakaran "Saudara Frame" Mampang Masih Berlangsung, Arus Lalu Lintas Padat Merayap

Megapolitan
Terjebak Semalaman, 7 Jasad Korban Kebakaran 'Saudara Frame' di Mampang Berhasil Dievakuasi

Terjebak Semalaman, 7 Jasad Korban Kebakaran "Saudara Frame" di Mampang Berhasil Dievakuasi

Megapolitan
Meledaknya Alat Kompresor Diduga Jadi Penyebab Kebakaran Toko Bingkai di Mampang

Meledaknya Alat Kompresor Diduga Jadi Penyebab Kebakaran Toko Bingkai di Mampang

Megapolitan
Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui, Alasan Buka 24 Jam dan Sering 'Video Call'

Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui, Alasan Buka 24 Jam dan Sering "Video Call"

Megapolitan
7 Korban yang Terjebak Kebakaran di Toko Bingkai Mampang Ditemukan Meninggal Dunia

7 Korban yang Terjebak Kebakaran di Toko Bingkai Mampang Ditemukan Meninggal Dunia

Megapolitan
Runtuhnya Kejayaan Manusia Sampan yang Kini Dekat dengan Lubang Kemiskinan Ekstrem

Runtuhnya Kejayaan Manusia Sampan yang Kini Dekat dengan Lubang Kemiskinan Ekstrem

Megapolitan
Kondisi Terkini Kebakaran Saudara Frame Mampang, Api Belum Dinyatakan Padam Setelah 11 Jam

Kondisi Terkini Kebakaran Saudara Frame Mampang, Api Belum Dinyatakan Padam Setelah 11 Jam

Megapolitan
Anak-anak Belanjakan THR ke Toko Mainan, Pedagang Pasar Gembrong Raup Jutaan Rupiah

Anak-anak Belanjakan THR ke Toko Mainan, Pedagang Pasar Gembrong Raup Jutaan Rupiah

Megapolitan
Petantang-petenteng Sopir Fortuner yang Ngaku Anggota TNI: Bermula Pakai Pelat Dinas Palsu, Kini Terancam Bui

Petantang-petenteng Sopir Fortuner yang Ngaku Anggota TNI: Bermula Pakai Pelat Dinas Palsu, Kini Terancam Bui

Megapolitan
Polisi Usut Laporan terhadap Pendeta Gilbert Lumoindong atas Dugaan Penistaan Agama

Polisi Usut Laporan terhadap Pendeta Gilbert Lumoindong atas Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Asap Masih Mengepul, Damkar Belum Bisa Pastikan Kapan Pemadaman Toko Bingkai di Mampang Selesai

Asap Masih Mengepul, Damkar Belum Bisa Pastikan Kapan Pemadaman Toko Bingkai di Mampang Selesai

Megapolitan
Momen Lebaran, Pelanggan Borong Mainan sampai Rp 1 Juta di Pasar Gembrong Jatinegara

Momen Lebaran, Pelanggan Borong Mainan sampai Rp 1 Juta di Pasar Gembrong Jatinegara

Megapolitan
Tengah Malam, Api di Toko Bingkai Mampang Kembali Menyala

Tengah Malam, Api di Toko Bingkai Mampang Kembali Menyala

Megapolitan
Polisi Bakal Periksa Pelapor dan Saksi Kasus Dugaan Penipuan Beasiswa Doktoral ke Filipina

Polisi Bakal Periksa Pelapor dan Saksi Kasus Dugaan Penipuan Beasiswa Doktoral ke Filipina

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 19 April 2024 dan Besok: Siang ini Hujan Sedang

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 19 April 2024 dan Besok: Siang ini Hujan Sedang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com