BOGOR
, KOMPAS.com — Sebanyak 121 mahasiswa mengeluh mual, muntah, dan diare setelah makan getuk lindri dan talam jagung saat seminar nasional Pekan Nutrisi di Institut Pertanian Bogor, Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Minggu (22/9/2013). Lima mahasiswa masih harus dirawat di Rumah Sakit Medika Dramaga, Kabupaten Bogor, Senin (23/9/2013).

Ketua Departemen Gizi Masyarakat IPB Budi Setiawan saat jumpa pers mengatakan, seminar nasional dilaksanakan Himpunan Mahasiswa Ilmu Gizi IPB. Panitia memilih getuk lindri dan talam jagung agar selaras dengan tema seminar "Pemanfaatan Pangan Lokal dalam Penanganan Masalah Gizi".

Kedua kue lokal tradisional itu dibeli dari toko di dekat kampus. Kue dipasok oleh pembuat getuk dan pembuat talam. Seminar diikuti 1.800 peserta dan melibatkan 100 anggota panitia. Kue dibagikan pukul 08.00 saat pendaftaran peserta seminar.

Pukul 10.00, lima peserta dari IPB mengeluh mual, mulas, bahkan muntah sehingga ditangani panitia. Pukul 13.00, semakin banyak mahasiswa yang mengeluh serupa. Ada yang pulang lebih dulu untuk memeriksakan diri ke klinik dan rumah sakit.

Yang mengeluh sakit ternyata 121 mahasiswa, yang terdiri dari 115 mahasiswa IPB, 1 dari Universitas Pakuan, 1 dari Universitas Ibnu Khaldun, dan 4 dari Jakarta. Mereka dibawa ke RS Medika Dramaga, Klinik dan Rumah Bersalin dr Katili (Boulkin), serta RS Karya Bhakti Bogor.

Menurut Manajer Umum RS Medika Dramaga Reza Herwanda, tim dokter sempat menangani 84 mahasiswa. Namun, yang masih perlu dirawat lima orang.

Widya Astuti (20), mahasiswa Program Studi Gizi Masyarakat IPB, yang dirawat, mengatakan, tak ada yang aneh pada getuk dan talam yang dibagikan. "Tetapi, setelah makan itu, saya jadi mual, muntah, dan diare," ujarnya.

Bukan tindak pidana

Kepala Kepolisian Sektor Dramaga Ajun Komisaris Saefudin Gayo mengatakan, dugaan mahasiswa keracunan makanan telah dilaporkan dan diselidiki. "Kami segera memanggil perajin kue," katanya.

Budi Setiawan mengatakan, IPB meminta penyelesaian kasus ini tidak secara hukum. IPB masih meneliti 14 sampel kue untuk mencari kemungkinan ada tidaknya zat berbahaya di dalamnya. IPB lebih menginginkan penyelesaian berupa perbaikan dalam produksi.

"Jangan membuat takut pembuat kue lokal dan tradisional. Yang terpenting ialah memastikan dan menjamin bahwa produk makanan itu aman dikonsumsi masyarakat," kata Budi. (bro)