Kepala Seksi Pengendalian dan Operasional Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Damkar PB) DKI Jakarta Heru Agus M mengatakan, saat ini Jakarta memasuki masa transisi cuaca. Seharusnya, memasuki bulan September hingga Desember, Jakarta telah memasuki musim hujan.
"Cuaca panas akhir-akhir ini kerap melebihi dari suhu biasanya," kata Heru ketika dihubungi, di Jakarta, Jumat (4/10/2013).
Ia mengungkapkan, kebakaran paling banyak disebabkan korsleting listrik. Sebab, masyarakat kurang menjaga keamanan jaringan listrik di rumahnya dan tidak mengikuti petunjuk umum instalasi listrik.
Pengerjaan perbaikan itu juga terkadang tidak dilakukan oleh petugas yang memiliki sertifikasi dalam penanganan kelistrikan. Lebih dari itu, warga yang telah memiliki rumah dengan usia di atas 10 tahun jarang memeriksa kondisi jaringan listriknya.
"Sebenarnya, pemeliharaan jaringan listrik harus dilakukan warga. Tapi, hal itu yang tidak pernah disadari," ujarnya.
Di rumah padat penduduk, kata dia, terkadang warga tidak menggunakan peralatan listrik Standar Nasional Indonesia (SNI). Penggunaan kabel dengan tidak berstandar kerap membuat beban aliran listrik tidak sebanding, yang berakibat pada kelebihan kapasitas sehingga berujung pada kebakaran.
Berdasarkan data Dinas Damkar-PB DKI Jakarta, jumlah kebakaran sejak Januari 2013 telah mencapai 739 kasus. Kejadian itu menimbulkan 36 korban jiwa meninggal dunia dan 54 korban luka-luka.
Secara rinci, penyebab kebakaran ini ialah akibat korsleting listrik 545 kasus, kompor meledak 30 kasus, lampu 22 kasus, puntung rokok satu kasus, dan lain-lain 129 kasus. Kasus kebakaran terbanyak terjadi di Jakarta Barat, yakni 199 kejadian.
Jakarta Timur menjadi wilayah rawan kebakaran kedua dengan 155 kejadian, diikuti Jakarta Selatan dengan 151 kasus, Jakarta Utara 109 kejadian, dan Jakarta Pusat sebanyak 97 kejadian. Kerugian akibat kebakaran tersebut diperkirakan mencapai Rp 124 miliar. Tahun lalu jumlah kerugian akibat kebakaran mencapai Rp 290 miliar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.