Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jawaban Jokowi soal Capres, Akankah Menuju pada Satu Arah?

Kompas.com - 15/10/2013, 15:57 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Selasa, 15 Oktober 2013, tepat satu tahun Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama menjabat sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta. Dalam satu tahun ini, Joko Widodo atau Jokowi berulang kali menjadi sorotan, bukan hanya kiprahnya sebagai Gubernur DKI, melainkan juga peluangnya menjadi calon presiden RI pada Pemilihan Umum 2014.

Belum genap satu tahun menjabat gubernur, nama Jokowi sudah berkali-kali disebut sebagai calon favorit presiden. Jauh sebelum ia dilantik sebagai gubernur, Jokowi berjanji akan menuntaskan pekerjaannya selama lima tahun di Ibu Kota. Hal itu antara lain pernah diucapkannya di kediaman Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri, 20 September 2012. Meski demikian, toh pria asal Solo, Jawa Tengah, itu hampir tak pernah absen dalam setiap survei capres RI. Namanya bahkan selalu berkibar paling atas sebagai calon favorit.

Terhadap semua survei itu, kini Jokowi selalu memberikan jawaban penuh teka-teki tentang rencana "naik pangkat" menjadi RI-1. Dalam catatan Kompas.com, Jokowi selalu mengelak menjawab langsung tentang pencalonannya sebagai presiden.

"Jadi capres? Wong dari dulu enggak pernah mikirlah," ujar Jokowi di Balaikota Jakarta, Selasa (28/5/2013) pagi.

Sehari kemudian, Jokowi kembali menjadi fokus perhatian media terkait isu rencana pencalonannya menjadi Presiden RI. Jawaban serupa juga muncul sebulan kemudian dan beberapa waktu berikutnya.

Pernah suatu ketika wartawan "memancing" dengan pertanyaan siapa tokoh yang paling tepat untuk mendampingi Jokowi? "Paling enak sih ya dipasangkan sama istri saya," ujar Jokowi sambil tertawa di Balaikota, Jakarta, Rabu (29/5/2013) pagi.

"Saya enggak mau digosok-gosok, digoda-goda, dikompor-kompori masalah itu. Konsentrasi saya masih banjir, rusun, macet, waduk," ujar Jokowi di Kompleks Gedung MPR/DPR RI, Kamis (27/6/2013).

Wartawan pun kemudian menjadi hafal tentang jawaban yang disampaikan Jokowi saat ditanya soal pencapresan. Jawaban jenaka, kadang tidak nyambung dan mengalihkan topik pembicaraan justru membuat jurnalis kian penasaran dengan rencana Jokowi di kancah nasional.

"Tanyakan yang menyurvei. Saya itu bukan orang ndeso, tapi wajah ndeso, orangnya kota. Beda loh wajah ndeso sama orang ndeso," ujar Jokowi di Balaikota Jakarta, Senin (15/7/2013).

"Tanya kok copras-capres, survai-survei. Tanya itu rusun, Waduk Ria Rio, Tanah Abang," katanya.

Menebak Jokowi

Pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Siti Zuhro, mengatakan, jawaban-jawaban Jokowi itu wajar diucapkan oleh seorang politikus. Sama seperti menjelang pencalonan Jokowi sebagai gubernur di Jakarta, di Solo pun Jokowi tak pernah menyatakan tidak ataupun bersedia maju menjadi DKI-1. Siti menduga, akhir jawaban Jokowi soal pencalonannya menjadi Presiden Indonesia.

"Kita harus selalu ingat, Jokowi itu politisi. Dia selalu memberi celah kemungkinan dalam tiap jawaban. Ada nada kehati-hatian karena dia menyadari posisinya sebagai gubernur yang baru setahun disumpah. Dia tak mau mendapat stigma negatif jika jawaban nyapres terdengar lugas," ujar Siti.

"Tapi yang penting, Jokowi akan tetap bekerja di Jakarta sepenuh hati. Perkara PDI-P suatu saat akan mengatakan, 'Ya, Jokowi calon kami,' saya yakin ending-nya akan ke sana," katanya.

Dugaan Siti itu didasarkan pada dua hal. Yang pertama, pemilihan legislatif RI sudah di depan mata. Partai akan berlomba-lomba berkompetisi mendulang banyak suara. Caranya, apalagi kalau bukan menyodorkan tokoh andalan agar rakyat ramai-ramai memilih partai sehingga sang jagoan mau maju menjadi capres.

Fakta kedua, kata Siti, ada kesan aksi "kejar tayang" oleh Jokowi pada satu tahun pertamanya sebagai Gubernur DKI. Jokowi cenderung memilih program yang memiliki hasil terukur, seperti penertiban pedagang kaki lima di Tanah Abang, penataan Waduk Pluit, penataan Waduk Ria Rio, dan sejumlah program lain yang menyangkut orang dalam skala besar ketimbang program lain yang tidak terukur.

Mengutip pernyataan pengamat tata kota dari Universitas Trisakti, Nirwono Joga, program itu berhasil bukan melalui proses birokrasi, melainkan melalui dana corporate social responsibility atau CSR dari pihak ketiga. Nirwono mencatat, jumlah penyerapan APBD 2013 menjadi yang terendah dalam 30 tahun terakhir, yakni hanya 12 persen.

"Artinya, Jokowi baru mengerjakan kulitnya, isinya belum. Meski, harus kita apresiasi setahun dengan pencapaian itu luar biasa," kata Siti.

Siti berharap PDI Perjuangan memberikan penjelasan yang mendidik kepada rakyat tentang dukungan partai tersebut terhadap calon presidennya. Kalau pada akhirnya PDI Perjuangan mengajukan Jokowi sebagai capres 2014, maka sebaiknya PDI Perjuangan memberikan alasan-alasan yang tepat tentang pencalonan itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jasad 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Dibawa ke RS Polri Kramatjati

Jasad 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Dibawa ke RS Polri Kramatjati

Megapolitan
Polisi Tangkap 3 Orang Terkait Penemuan Jasad Perempuan di Dermaga Pulau Pari

Polisi Tangkap 3 Orang Terkait Penemuan Jasad Perempuan di Dermaga Pulau Pari

Megapolitan
Nasib Apes Pria di Bekasi, Niat Ikut Program Beasiswa S3 Malah Ditipu Rp 30 Juta

Nasib Apes Pria di Bekasi, Niat Ikut Program Beasiswa S3 Malah Ditipu Rp 30 Juta

Megapolitan
Tunduknya Pengemudi Fortuner Arogan di Hadapan Polisi, akibat Pakai Pelat Palsu Melebihi Gaya Tentara

Tunduknya Pengemudi Fortuner Arogan di Hadapan Polisi, akibat Pakai Pelat Palsu Melebihi Gaya Tentara

Megapolitan
Cerita Eki Rela Nabung 3 Bulan Sebelum Lebaran demi Bisa Bagi-bagi THR ke Keluarga

Cerita Eki Rela Nabung 3 Bulan Sebelum Lebaran demi Bisa Bagi-bagi THR ke Keluarga

Megapolitan
Polisi Sebut Api Pertama Kali Muncul dari 'Basement' Toko Bingkai 'Saudara Frame' Mampang

Polisi Sebut Api Pertama Kali Muncul dari "Basement" Toko Bingkai "Saudara Frame" Mampang

Megapolitan
Jasad Perempuan Ditemukan Tergeletak di Dermaga Pulau Pari, Wajahnya Sudah Hancur

Jasad Perempuan Ditemukan Tergeletak di Dermaga Pulau Pari, Wajahnya Sudah Hancur

Megapolitan
Pemadaman Kebakaran 'Saudara Frame' Mampang Masih Berlangsung, Arus Lalu Lintas Padat Merayap

Pemadaman Kebakaran "Saudara Frame" Mampang Masih Berlangsung, Arus Lalu Lintas Padat Merayap

Megapolitan
Terjebak Semalaman, 7 Jasad Korban Kebakaran 'Saudara Frame' di Mampang Berhasil Dievakuasi

Terjebak Semalaman, 7 Jasad Korban Kebakaran "Saudara Frame" di Mampang Berhasil Dievakuasi

Megapolitan
Meledaknya Alat Kompresor Diduga Jadi Penyebab Kebakaran Toko Bingkai di Mampang

Meledaknya Alat Kompresor Diduga Jadi Penyebab Kebakaran Toko Bingkai di Mampang

Megapolitan
Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui, Alasan Buka 24 Jam dan Sering 'Video Call'

Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui, Alasan Buka 24 Jam dan Sering "Video Call"

Megapolitan
7 Korban yang Terjebak Kebakaran di Toko Bingkai Mampang Ditemukan Meninggal Dunia

7 Korban yang Terjebak Kebakaran di Toko Bingkai Mampang Ditemukan Meninggal Dunia

Megapolitan
Runtuhnya Kejayaan Manusia Sampan yang Kini Dekat dengan Lubang Kemiskinan Ekstrem

Runtuhnya Kejayaan Manusia Sampan yang Kini Dekat dengan Lubang Kemiskinan Ekstrem

Megapolitan
Kondisi Terkini Kebakaran Saudara Frame Mampang, Api Belum Dinyatakan Padam Setelah 11 Jam

Kondisi Terkini Kebakaran Saudara Frame Mampang, Api Belum Dinyatakan Padam Setelah 11 Jam

Megapolitan
Anak-anak Belanjakan THR ke Toko Mainan, Pedagang Pasar Gembrong Raup Jutaan Rupiah

Anak-anak Belanjakan THR ke Toko Mainan, Pedagang Pasar Gembrong Raup Jutaan Rupiah

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com