TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com — Selain sering menjadi biang kemacetan, terhentinya proyek pelebaran Jalan Raya Siliwangi, Pamulang, Tangerang Selatan, merugikan pengusaha yang membuka usaha di tepi jalan itu. Para pengusaha pemilik toko dan ruang pamer (show room) menyatakan, selama beberapa bulan terakhir omzet mereka turun hingga lebih dari 75 persen.

”Kalau sebelumnya kami bisa laku enam mobil per bulan, sekarang ini dua saja sudah sulit. Omzet kami turun lebih dari 75 persen setelah ada beton itu,” kata Hengky Christian, salah seorang pemilik ruang pamer mobil bekas di Jalan Raya Siliwangi, Senin (21/10).

Menurut Hengky, penurunan omzet itu akibat beton jalan menghalangi akses masuk ke ruang pamer atau toko milik para pengusaha. Beton selebar sekitar 3 meter itu dimaksudkan untuk melebarkan jalan yang telah ada sebelumnya.

Tinggi beton itu sekitar 15 sentimeter dari jalan aspal yang lama. Akibatnya, akses masuk ke tempat usaha milik warga terhalang. ”Konsumen jadi malas, bagaimana mau masuk? Susah, akhirnya mereka yang sebelumnya berniat mampir mengurungkan niatnya karena tidak bisa masuk,” kata Hengky.

Dari pantauan, pelebaran jalan sudah terhenti berbulan-bulan. Tidak terlihat ada aktivitas untuk melanjutkan proyek tersebut. Dengan demikian, sebagian jalan yang telah dibeton justru menyebabkan kemacetan. Bahkan proyek setengah jadi itu menghalangi akses masuk ke sejumlah pertokoan di tepi jalan itu.

Bahkan, kata Hengky, ada sejumlah ruang pamer mobil yang tutup akibat tidak ada lagi pelanggan yang datang. ”Di sebelah kami ini dulu juga ada show room, tetapi tutup karena tidak ada lagi yang datang. Kami bingung mau mengeluh atau protes ke mana. Pemerintah juga tidak pernah bilang pelebaran jalan ini selesai kapan,” ujarnya.

Keluhan senada disampaikan Sutar (38), seorang pegawai di bengkel dan toko penjualan ban sepeda motor. Akibat beton jalan yang menghalangi akses, pelanggan bengkel itu turun drastis.

”Dulu sebelum ada proyek, sehari bisa 30 motor datang. Kini, 10 motor saja sudah bagus. Omzet turun lebih dari 75 persen,” ujarnya.

Kepala Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Tangsel Retno Prawati mengatakan, pihaknya berada dalam posisi dilematis karena pelebaran jalan itu adalah proyek provinsi. ”Kalau kota yang mengerjakan, kami pasti akan cepat selesaikan,” katanya.

Selain itu, lanjut Retno, pembebasan lahan masih menjadi kendala karena ada sengketa lahan. (RAY)