Katiman memiliki bangunan permanen terbuat dari batu bata di atas lahan seluas 15 meter persegi. Dia sudah menghuni rumah tersebut selama 36 tahun.
Menurutnya, rumah yang ditempatinya itu tidak pantas hanya diganti Rp 5 juta. Dia membandingkan dengan bangunan lainnya yang hanya terbuat dari tripleks, tapi juga dihargai Rp 5 juta.
"Saya maunya dapat ganti Rp 15 juta, pelecehan sekali dikasih cuman Rp 5 juta, mending tidak usah sama sekali," ujar Katiman di Waduk Pluit, Jakarta Utara, Kamis (24/10/2013).
Katiman mengaku sudah menggarap lahan di tanah tersebut sejak 1977. Saat itu, lahan tersebut masih kosong. Kemudian, dia bercocok tanam dengan menanaminya sayur-sayuran, seperti kangkung dan lainnya.
Hal itu juga menjadi salah satu yang membuatnya berat meninggalkan rumahnya di Waduk Pluit. Namun pada akhirnya, dia harus pasrah bangunan tersebut diratakan dengan tanah oleh petugas. Dia sadar bahwa bangunan yang didirikannya itu berada di atas lahan yang bukan miliknya.
Rencananya, ia akan ikut tinggal bersama istrinya, Nurhayati, yang mendapatkan satu unit Rumah Susun Pinus Elok, Jakarta Timur.