JAKARTA, KOMPAS.com — Konsorsium revitalisasi Kota Tua Jakarta akan mulai menata kawasan bersejarah tersebut pada 2014. Revitalisasi ini dilakukan pada semua aspek, mulai dari fisik bangunan hingga masalah sosial.
Kawasan Kota Tua Jakarta berusia paling tua dibanding kawasan kota tua se-Asia Tenggara. Jumlah bangunan bersejarah yang banyak serta jarak antarbangunan yang saling berdekatan menjadikan kawasan itu layak disebut permata Kota Jakarta.
Woerjantari Soedarsono, arsitek dari Insitut Teknologi Bandung yang merancang revitalisasi Kota Tua, mengatakan, konsorsium tersebut akan merevitalisasi dua kawasan kota tua. Kawasan itu meliputi area seluas 384 hektar di Sunda Kelapa-Pinangsia dan 134 hektar di dalam tembok museum Kota Tua.
"Semua di kawasan seluas itu akan direvitalisasi. Ada 200 unit bangunan, pembenahan lalu lintas, membangun infrastruktur jalan, trotoar, sungai, mengembangkan aktivitas di kawasan itu," ujar Woerjantari saat pemaparan revitalisasi Kota Tua di Balaikota Jakarta, Kamis (7/11/2013) siang.
Penataan gedung-gedung bersejarah akan dikelola oleh Pemprov DKI, swasta, dan BUMN sebagai bagian dari konsorsium tersebut. Penataan gedung ini tergantung status kepemilikan gedung tersebut.
Untuk pembenahan lalu lintas, akan dilakukan rekayasa lalu lintas, penutupan sejumlah ruas jalan. Konsepnya adalah menjadikan jalur wisata yang digunakan oleh pengunjung. Demikian juga penataan trotoar dan normalisasi sungai di sana.
Soal mengaktifkan kegiatan di kawasan tersebut, terdapat beberapa rencana yang akan dilaksanakan, antara lain pengembangan wisata budaya dan tepi air Sunda Kelapa, pengembangan warga di kawasan hunian bertingkat, pengembangan ruang terbuka hijau, serta pengembangan atraksi masyarakat di tepi sungai kawasan.
"Kita pun ingin menjadikan kawasan ini sebagai likely city. Indikator itu adalah adanya pedagang kaki lima. Tapi jumlahnya dibatasi sehingga teratur dan kita mudah mengaturnya," ujar Woerjantari.
Dia menargetkan, revitalisasi kawasan Kota Tua tersebut dapat rampung 2 hingga 20 tahun yang akan datang. Namun, dia mengingatkan bahwa revitalisasi yang dikerjakan bukan soal fisik saja. Revitalisasi harus mencakup pola hidup masyarakat yang tinggal serta melaksanakan aktivitas sehari-hari di kawasan itu. Adaptasi masyarakat di kawasan itulah yang memerlukan waktu lama.
"Revitalisasi ini bukan mengusir warga yang ada di sana. Malahan kita inginnya kawasan kota tua berbasis masyarakat di sana. Itu lihat aja kota-kota sejarah di dunia, warganya berdaya," kata Woerjantari.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.