Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi Minta BPK Audit KJS

Kompas.com - 11/11/2013, 07:50 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com
— Selama satu tahun Kartu Jakarta Sehat diterapkan bagi warga miskin di Jakarta, belum pernah ada laporan pemeriksaan yang disampaikan oleh Inspektorat DKI Jakarta. Untuk itu, BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) diajak untuk mengaudit program tersebut.

Hal itu disampaikan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo seusai menghadiri pertemuan komunitas peduli Kali Ciliwung, di Condet, Balekambang, Kecamatan Kramatjati, Jakarta Timur, Minggu (10/11). ”Belum ada suara apa-apa (dari Inspektorat). Tapi, saya pakai BPK untuk audit (KJS),” kata Jokowi.

Menurut Jokowi, dia menggunakan BPK menjadi auditor untuk pelayanan KJS sebagai opini kedua di luar lingkungan Pemerintah Provinsi DKI. ”Kalau saya lihat di bawahnya (pelaksanaan KJS) tak ada masalah. Hanya memang di lapangan tetap dievaluasi lagi oleh BPK,” katanya.

BPK, lanjut Jokowi, akan mengaudit pelaksanaan KJS di lapangan, terutama terkait pelayanan KJS kepada masyarakat. ”Kami gunakan BPK biar jelas apa kekurangan di pelayanan KJS,” katanya.

Sebelumnya, BPK belum lama ini telah merilis audit sementara mereka terhadap pelayanan yang diberikan paramedis di rumah sakit kepada peserta KJS. Dari hasil audit itu ditemukan bahwa, ada paramedis memberikan obat bagi pasien KJS di luar obat generik.

Menurut Kepala BPK perwakilan DKI Jakarta, Blucer W Rajagukguk, ditemukan pula mutu pelayanan yang diberikan paramedis di rumah sakit kepada pasien KJS masih rendah. ”Rumah sakit juga belum memberikan informasi yang lengkap terkait ketersediaan ruang rawat inap kelas tiga kepada pasien KJS,” katanya beberapa waktu lalu.

KJS diluncurkan pertama kali oleh Jokowi pada 10 November 2012 di Kecamatan Pademangan, Jakarta Utara. Kala itu sekitar 1.000 warga memperoleh KJS.

Beberapa bulan kemudian, pada Mei 2013, dilakukan penyempurnaan pada kartu KJS. Semula kartunya dicetak biasa, kemudian disempurnakan dengan dilengkapi kode batang (barcode). Dengan demikian, peserta KJS cukup menunjukkan kartu dan petugas di rumah sakit dapat langsung mengakses data pasien dengan menggunakan alat pembaca barcode di kartu tersebut.

Yana (32), warga Duren Sawit, Jakarta Timur, mengatakan, dirinya cukup terbantu KJS. Penghasilan Rp 300.000 per bulan dari pekerjaannya mengangkat sampah warga di kawasan Pisangan ke truk untuk dibawa ke TPA Bantar Gebang, tidak cukup untuk biaya pengobatan bagi anaknya yang sering sakit.

Meskipun demikian, Yana mengaku sering kecewa. ”Selain antre lama untuk dapat kamar, kalau menebus obat juga suka enggak ada. Jadi terpaksa beli di luar. Daripada anak saya kian parah,” tuturnya, yang harus mengeluarkan sekitar Rp 100.000 hingga Rp 150.000 untuk membeli obat anaknya. (MDN/ZAK)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Megapolitan
Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Botol dan Batu, Polisi: Tak Ada yang Terluka dan Ditangkap

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Botol dan Batu, Polisi: Tak Ada yang Terluka dan Ditangkap

Megapolitan
Cerita Tukang Ojek Sampan Pelabuhan Sunda Kelapa, Setia Menanti Penumpang di Tengah Sepinya Wisatawan

Cerita Tukang Ojek Sampan Pelabuhan Sunda Kelapa, Setia Menanti Penumpang di Tengah Sepinya Wisatawan

Megapolitan
Pendatang Baru di Jakarta Harus Didata agar Bisa Didorong Urus Pindah Domisili

Pendatang Baru di Jakarta Harus Didata agar Bisa Didorong Urus Pindah Domisili

Megapolitan
Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Megapolitan
Bentuk Unit Siaga SAR di Kota Bogor, Basarnas: Untuk Meningkatkan Kecepatan Proses Penyelamatan

Bentuk Unit Siaga SAR di Kota Bogor, Basarnas: Untuk Meningkatkan Kecepatan Proses Penyelamatan

Megapolitan
Aksi Pencurian Kotak Amal di Mushala Sunter Terekam CCTV

Aksi Pencurian Kotak Amal di Mushala Sunter Terekam CCTV

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Jakbar Dikenal Sebagai Atlet Maraton

Siswa SMP yang Gantung Diri di Jakbar Dikenal Sebagai Atlet Maraton

Megapolitan
Detik-detik Mencekam Kebakaran Toko 'Saudara Frame': Berawal dari Percikan Api, Lalu Terdengar Teriakan Korban

Detik-detik Mencekam Kebakaran Toko "Saudara Frame": Berawal dari Percikan Api, Lalu Terdengar Teriakan Korban

Megapolitan
Polisi Periksa Saksi-saksi Terkait Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari

Polisi Periksa Saksi-saksi Terkait Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari

Megapolitan
Massa Aksi yang Menuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024 Bakar Ban Sebelum Bubarkan Diri

Massa Aksi yang Menuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024 Bakar Ban Sebelum Bubarkan Diri

Megapolitan
Massa Pendukung Prabowo-Gibran Juga Demo di Patung Kuda, tapi Beberapa Orang Tak Tahu Isi Tuntutan

Massa Pendukung Prabowo-Gibran Juga Demo di Patung Kuda, tapi Beberapa Orang Tak Tahu Isi Tuntutan

Megapolitan
DPC PDI-P: Banyak Kader yang Minder Maju Pilwalkot Bogor 2024

DPC PDI-P: Banyak Kader yang Minder Maju Pilwalkot Bogor 2024

Megapolitan
Salah Satu Korban Tewas Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' adalah ART Infal yang Bekerja hingga 20 April

Salah Satu Korban Tewas Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" adalah ART Infal yang Bekerja hingga 20 April

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com