JAKARTA, KOMPAS.com —
Sepeda motor menjadi solusi sekaligus ancaman di jalan raya, terlebih di kota besar yang kerap dilanda kemacetan. Tidak heran, banyak orang memilih memakai sepeda motor meskipun mereka tahu risiko besar di jalan, mulai dari kecelakaan, luka, sampai kematian. Di Jakarta, keinginan untuk cepat sampai tujuan kerap berujung kecelakaan.

Fian, pengguna sepeda motor, mengalami kecelakaan tunggal dua bulan lalu. Di tengah hujan dan kondisi fisik yang menurun, dia masih tetap memaksakan diri untuk mengendarai sepeda motornya. ”Waktu itu, konsentrasi saya berkurang karena mengantuk. Tetapi, saya tetap maksain bawa sepeda motor. Akhirnya saya jatuh,” ucapnya, Sabtu (9/11/2013).

Ditjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan mencatat, 11.140 pengemudi dan penumpang kendaraan roda dua atau tiga yang meninggal akibat kecelakaan lalu lintas pada tahun 2010. Rata-rata kecelakaan sepeda motor mengancam 20.000 orang per tahun, atau 55 orang per hari, atau sekitar dua orang setiap jam.

Kejadian yang dialaminya itu membuat Fian tersadar bahwa kondisi fisik yang prima menjadi kebutuhan saat mengendarai sepeda motor. ”Kalau capek, sebaiknya memang beristirahat daripada memaksakan diri dan akhirnya terjadi kecelakaan,” ucap Fian yang juga bergabung dalam Kopdar Pengicau, komunitas para pengguna akun Twitter yang punya kepedulian terhadap keselamatan berkendara.

Melihat banyaknya kecelakaan yang melibatkan sepeda motor ini membuat komunitas Road Safety Association (RSA) Indonesia menggelar kampanye keselamatan berkendara. Kampanye itu bertajuk Bulan Perenungan bagi Korban Kecelakaan Lalu Lintas Jalan di empat kota, yakni Jakarta, Bekasi, Cirebon, dan Bandung, selama bulan November.

Fokus yang disasar terutama pengendara sepeda motor. Sebab, angka sepeda motor terus meningkat. Dari data Badan Pusat Statistik DKI Jakarta, jumlah sepeda motor tahun 2010 lebih dari 8,7 juta unit. Tahun 2011, naik menjadi 9,8 juta unit, dan 2012 menjadi 10,8 juta unit. Artinya, ada penambahan sepeda motor 1 juta unit per tahun.

Data Jabodetabek Urban Transportation Policy Integration (Jutpi), sepeda motor digunakan oleh 48,7 persen komuter Jabodetabek pada tahun 2010. Angka ini melonjak dibandingkan tahun 2002 yang baru mencapai 21,2 persen.

Diawali pelanggaran

Kecelakaan lalu lintas banyak yang diawali dengan pelanggaran aturan atau rambu. Begitu juga kecelakaan yang menimpa pengendara sepeda motor.

Data dari Korlantas Polri, jumlah kecelakaan yang melibatkan sepeda motor pada tahun 2011 mencapai 120.226 kejadian atau 72 persen dari total kecelakaan pada tahun itu. Banyaknya kecelakaan berkaitan dengan tingginya pelanggaran yang dilakukan pengguna sepeda motor, yakni 60 persen atau lebih dari 3,56 juta pelanggaran sepanjang tahun 2011.

Tahun 2012, jumlah pengendara sepeda motor yang melakukan pelanggaran mencapai 74,09 persen atau 3,2 juta pelanggaran. Artinya, setiap jam terjadi 360 pelanggaran.

RSA Indonesia mencatat, pelanggaran aturan lalu lintas jalan yang masih tinggi pararel dengan tingginya kecelakaan. Tahun 2011, tiap hari ada 16.100-an pelanggaran yang menyebabkan 300-an kasus kecelakaan. Angka serupa terjadi tahun 2012. Tercatat sekitar 15.800 pelanggaran per hari dan jumlah kecelakaan 320 kasus.

”Banyak pengendara sepeda motor yang menganggap keselamatan di jalan itu nomor kesekian. Yang penting cepat sampai, mobilitas mudah, dan murah,” kata Bayu, pengendara
sepeda motor yang tergabung dalam Publishing Motor Community (Pubmomm), di sela-sela acara RSA Indonesia di Jakarta.

Dia berpendapat, penegakan hukum di jalan masih kurang sehingga pelanggaran banyak terjadi. ”Idealnya sih, ada kesadaran dari setiap pengguna jalan agar tidak melakukan pelanggaran,” ucapnya.

Edo Rusyanto, Ketua Umum RSA Indonesia, mengatakan, sebagian besar korban kecelakaan lalu lintas ini adalah orang dengan usia produktif. Karena itu, korban kecelakaan tidak sekadar angka statistik saja, tetapi memiliki rentetan persoalan sosial ekonomi yang mengikutinya.

”Akibat kecelakaan, mereka tidak bisa bekerja. Sementara, banyak korban kecelakaan yang merupakan tulang punggung ekonomi keluarga,” kata Edo.

Keselamatan berkendara bisa diraih dengan berbagai cara. Salah satunya, melakukan kampanye untuk mencegah semakin banyak korban jatuh di jalan raya. Sisi ini, menurut Edo, belum banyak disentuh oleh instansi resmi.

”Di Jakarta, kecelakaan dipicu perilaku yang tidak tertib karena orang cenderung berkejaran dengan waktu untuk cepat sampai di tujuan. Karenanya, mereka banyak melanggar aturan,” kata Edo. ()