Meskipun demikian, Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengakui kalau antisipasi yang telah dikerjakan belum dapat menciptakan hasil yang maksimal. Bahkan, apabila nantinya ketinggian Pintu Air Manggarai telah mencapai Siaga I, ia menginstruksikan pembukaan pintu tersebut walaupun nantinya Istana Presiden dan Balaikota Jakarta akan terkena imbasnya.
"Kita berdoa sajalah, sambil kerja sambil doa. Pintu Air Manggarai kan masih Siaga III. Kalau sudah Siaga I, buka saja pintunya," kata Basuki di Balaikota Jakarta, Senin (11/11/2013).
Hal itu diupayakan karena pengerjaan normalisasi Waduk Pluit yang baru 20 persen berjalan. Selain itu, masih banyak pula pompa air yang tidak berfungsi dan rusak. Kerusakan pompa air bisa berakibat fatal, seperti terendamnya kawasan Pluit, Jakarta Utara, pada banjir awal tahun lalu. Kawasan Cawang pun sempat lumpuh karena pompa air yang rusak.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas PU DKI, Jakarta memiliki 355 unit pompa. Sebanyak 70 unit di antaranya sedang dalam perbaikan.
Kapasitas keseluruhan pompa ini adalah 381 meter kubik per detik dengan cakupan area hingga 10.850,51 hektar. Selain itu, Jakarta juga memiliki 93 unit pompa bergerak dengan kapasitas 19,32 meter kubik per detik.
"Kalau pintu air itu tidak dibuka ya pasti tenggelam lagi. Kalau Pluit sih tidak usah dibilang, pasti tenggelam. Istana dan Balaikota juga tenggelam," kata Basuki.
Pintu Air Manggarai itu baru dapat dibuka jika ketinggian air lebih dari 900 cm. Keputusan untuk membuka pintu air itu ada di tangan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo. Jika belum ada perintah, pintu air itu tak akan dibuka. Jika pintu air itu dibuka, wilayah sekitar Istana rawan banjir.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta Manggas Rudy Siahaan mengakui masih banyak genangan mengepung Jakarta apabila hujan terjadi. Daerah yang paling banyak tergenang adalah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.
Ia menjelaskan, banyak penyebab mengapa di Jakarta masih tergenang banjir. Penyebab paling utama adalah pengalihan fungsi tata ruang dan juga banyaknya bangunan-bangunan liar di pinggir sungai.
"Nah, seharusnya kali itu lebar, tapi sekarang kondisinya sempit. Misalnya Kali Mampang, Kali Krukut, Kali Grogol, seharusnya kedalamannya sampai 20 meter, tapi di lapangan ternyata banyak yang cuma 7 meter. Kanan kirinya banyak bangunan liarnya juga," kata Manggas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.