Hal ini dialami Fahmi, salah seroang sopir taksi. Pria asal Sumedang itu setiap sore memilih memangkalkan taksinya. Sebab, jika keliling mencari penumpang, dia yakin terjebak macet mengingat pukul 16.00 merupakan jam karyawan pulang kerja.
"Kalau sudah jam segitu, saya enggak berani jalan. Takutnya kejebak macet. Penumpang enggak dapet, malah kita tekor bensin," kata dia yang ditemui Warta Kota, Sabtu (16/11/2013).
Fahmi pun mencari akal. Dia memilih "mangkal" di salah satu hotel di Jalan Barito, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Pilihan itu dianggap tepat. Jika ada penumpang, walaupun harus melintas di jalan-jalan yang sibuk atau macet, dia tidak khawatir rugi. Sebab, seluruhnya tercatat dalam argo taksinya.
"Nah, kalau pulangnya, saya tinggal mangkal lagi di beberapa tempat biasa," ujar Fahmi.
Hal senada disampaikan Darwis (45), sopir taksi. "Saya biasanya muter, enggak mangkal kaya begini. Tapi kalau enggak begitu, duit habis buat beli bensin, sementara uang setoran tiap hari tetap," ujarnya saat ditemui di Jati Padang, Pasar Minggu.
Menanggapi keluhan para sopir taksi, Direktur Utama Blue Bird Group Purnomo Prawiro mengatakan akan meninjau ulang kebijakan perusahaan. Karena, ungkapnya, hal tersebut secara langsung dapat memengaruhi kinerja dan produktivitas pegawainya.
"Para sopir adalah frontliner perusahaan, jadi para pengemudi akan memberikan pelayanan baik apabila dirinya juga dilayani baik oleh perusahaan. Pelayanan tersebut bukan saja sarana maupun prasarana kerja, tetapi juga kesejahteraannya," kata dia. (m16)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.