Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BNP2TKI Gerebek Rumah Mewah Penampungan TKI Ilegal

Kompas.com - 21/11/2013, 05:26 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Sebuah rumah mewah yang diduga menjadi tempat penampungan tenaga kerja ilegal digerebek Badan Nasional Penempatan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), Rabu (20/11/2013) malam. Ditemukan puluhan perempuan yang diduga akan dikirim ke Abu Dhabi.

Penggerebekan dilakukan sekitar pukul 21.30 WIB. Rumah tersebut berlokasi di RT 3 RW 10 Kelurahan Kebon Baru, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan.

"Mereka (para perempuan yang ditemukan, red) adalah calon korban untuk diperdagangkan ke luar negeri dan dijanjikan akan dipekerjakan, tanpa tahu nanti kerjanya apa," kata Kepala BNP2TKI Jumhur Hidayat di lokasi penggerebekan.

Jumhur mengatakan, para korban diiming-imingi pekerjaan menggiurkan di luar negeri. Namun, proses pengiriman tidak menggunakan prosedur yang seharusnya.

Seharusnya, para tenaga kerja yang akan dikirim ke luar negeri harus didaftarkan ke Dinas Tenaga Kerja. Lalu, akan ada seleksi, uji kompetensi, pelatihan bahasa, dan pemeriksaan kesehatan.

"Ini semuanya tidak lewat prosedur itu. Dari rumah, mereka langsung dibawa ke sini dan disalurkan ke luar negeri," ujar Jumhur. Para calon tenaga kerja ini, menurut dia, akan rentan mengalami kekerasan atau dipekerjakan di tempat yang tak jelas.

"Bisa berpotensial terjadi kekerasan karena tidak mengerti bahasa dan budaya," kata Jumhur. Dia mengatakan, 41 perempuan yang ditemukan di rumah tersebut dibawa ke penampungan TKI milik BNP2TKi di Ciracas, Jakarta Timur.

Di lokasi penampungan, kata Jumhur, para perempuan ini akan didata. Mereka kemudian akan diberi pilihan, pulang ke kampung atau tetap akan bekerja ke luar negeri tetapi melewati prosedur resmi. "Kami akan bantu kalau mereka tetap mau kerja (ke luar negeri)," ujar dia.

Dari penggerebekan ini, tujuh orang ditangkap. Mereka adalah penanggung jawab berinisial A (40) dan enam karyawannya. Para pelaku, kata Jumhur, dipastikan akan dijerat dengan pasal dugaan perdagangan manusia. "Hukumannya berat karena ilegal. Karena ini kriminal, pelaku kami serahkan ke kepolisian," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dinas SDA DKI Sebut Proyek Polder di Tanjung Barat Akan Selesai pada Mei 2024

Dinas SDA DKI Sebut Proyek Polder di Tanjung Barat Akan Selesai pada Mei 2024

Megapolitan
Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Megapolitan
Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Megapolitan
Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Megapolitan
PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

Megapolitan
PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

Megapolitan
Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan 'Pelanggannya' dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan "Pelanggannya" dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Megapolitan
KPU Jaktim Buka Pendaftarab PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

KPU Jaktim Buka Pendaftarab PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

Megapolitan
NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Megapolitan
Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Megapolitan
“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com