Subrata, salah seorang petugas Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik, mengatakan, pihaknya tidak menemukan perangkat meteran listrik di rumah-rumah tersebut. Artinya, selama ini penghuni dan pengelola rumah-rumah itu mencuri listrik.
”Saya terkejut mendengar pengakuan warga bahwa mereka sudah tinggal di situ dan menikmati aliran listrik selama 20 tahun. Itu artinya selama 20 tahun warga mencuri listrik,” kata Subrata.
Ia menduga, akibat pencurian listrik yang berlangsung secara massal ini, PLN dirugikan hingga sekitar Rp 1 miliar. ”Angka pastinya saya belum tahu karena petugas masih menghitung. Namun, dari data 100 rumah saja, angka kerugian sudah mencapai lebih dari Rp 250 juta. Karena itu, saya menduga, angka kerugian PLN bisa mencapai Rp 1 miliar,” ucap Subrata.
Orang dalam
Sejumlah warga yang aliran listrik di rumahnya diputus membantah mencuri listrik. Mereka tetap membayar listrik, tetapi sebagian membayar lewat tenaga sejumlah preman. Rumah mereka dialiri listrik tanpa alat meteran.
Sebagian warga lainnya mengatakan, mereka mendapat alat meter listrik dari seorang perantara yang mengenal orang dalam PLN. Alat meter listrik tersebut berasal dari rumah yang diputus aliran listriknya karena beberapa bulan tidak membayar listrik. ”Jadi, kami berlangganan listrik atas nama orang lain yang namanya tertera dalam alat meter listrik bekas itu,” kata Husni (72), salah seorang warga yang tinggal di situ sejak tahun 1980-an.
Warga lain, Laksmi (50), mengakui, petugas PLN sudah memberi tahu hal ini. ”Namun, setelah mendapat penjelasan dari salah seorang preman yang biasa mengurus dan menagih listrik, saya menyerahkan pengurusan pemasangan aliran listrik dan pembayaran bulanan listrik kepada mereka (para preman),” ujar Laksmi. Kepada warga, para preman mengatakan, PLN tidak akan melayani warga yang rumahnya berdiri di atas tanah sengketa.
Menurut Laksmi, ia dan warga lain setiap bulan membayar listrik Rp 100.000 tanpa batas pemakaian listrik. Sementara Husni, warga lain, sambil menunjukkan rumah meteran listrik yang baru saja dibongkar petugas PLN membantah mencuri listrik.
”Meterannya ada, kuitansi pembayaran listriknya juga ada,” ujarnya. Saat diminta menunjukkan kuitansi pembayaran, Husni mengatakan dibawa Willy (41), mantan pencatat meter listrik untuk kawasan industri.
Ketua RT 006 Cituk Wiarso membenarkan bahwa sebagian warga membayar listrik lewat jasa para preman. (WIN)