JAKARTA, KOMPAS.com - Di  lahan yang sempit dan padat penduduk, warga RT 024 RW 001 Sunter Agung, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara, membangun kohesi. Mereka guyub di tengah kesumpekan hidup di Jakarta. Dua tahun terakhir, kampung ini menyabet penghargaan karena kebersihan, keamanan, dan kekompakan warganya.

”Anda memasuki Kawasan Asik, Aman Sehat Idaman Keluarga.” Kalimat ini tertulis besar di gerbang utama, seolah menyapa setiap orang di mulut gang. Benar saja, lewat gerbang dan pos ronda, tanaman hias berderet menyambut siapa saja yang datang. Hijau dan sejuk.

Tiba di persimpangan gang, poster dan papan pesan lain segera menyapa, seperti ”Hijau Lingkunganku”, ”Damai Itu Indah”, dan ”Ingat 3 M! Menguras, Menutup, Mengubur.” Ada pula pesan simpatik, seperti ”Terima Kasih Anda Tidak Merokok”.

Luas wilayah RT 024 RW 001 Sunter Agung, sekitar 15.000 meter persegi. Namun, mayoritas dari 106 keluarga dengan sekitar 300 jiwa warga RT 024 bermukim di atas lahan seluas 5.000 meter persegi. Sisanya, sekitar 10.000 meter persegi lahan berupa sarana umum, seperti lapangan, sekolah, asrama yatim piatu, dan sarana ibadah.

Rumah-rumah warga berimpit, umumnya dua lantai, lebar bangunan tak lebih dari 6 meter, dan panjang tak sampai 15 meter. Permukiman ini dihubungkan lorong-lorong jalan selebar 1-1,5 meter, terbilang sempit untuk sekadar berpapasan dengan sepeda motor.

Kampung ini terbilang padat. Namun, dua jam berlalu lalang di gang-gang sempit kampung ini tidak membosankan. Selain suasana segar dari aneka tanaman hias dan tanaman obat keluarga (toga), jalan dan gang juga bersih dari sampah. Tidak ada aroma busuk got.

Meski serba sempit, kampung ini punya sarana umum yang lengkap. Beberapa petak tanah yang kosong berukuran 3 meter x 5 meter dan dinding bangunan dimanfaatkan sebagai lahan tanam toga. Ada petak lahan yang dibangun menjadi tempat pertemuan warga, tempat pengajian, pos keamanan lingkungan, sanggar kesenian, taman hortikultura, dan taman interaktif.

Selain sarana fisik yang dirawat dengan baik, kampung ini dihuni orang-orang yang hangat. Mereka menyapa tamu yang berkunjung. Mereka bertegur sapa sesama warga RT 024, bersenda gurau, dan bekerja sama. Gotong royong ”hidup” di kampung ini.

Pada papan pengumuman yang dipasang di pos ronda, tertera jadwal piket menyapu bagi ibu-ibu. Setiap hari pukul 05.00-09.00, empat orang bertugas membersihkan lingkungan. ”Jika berhalangan mohon hubungi ketua tim. Jika berhalangan tanpa izin dikenai denda satu pot bunga,” bunyi kalimat di papan itu.

Ada pula jadwal ronda bagi bapak-bapak. Untuk urusan ini, warga menerapkan denda Rp 50.000 bagi warga yang berhalangan tanpa izin. ”Biasanya denda dipakai untuk beli rokok dan kopi bagi warga lain yang ronda,” kata Sulistiyo (38), warga RT 024 RW 001 Sunter Agung.

Di luar urusan kebersihan dan keamanan, warga berinteraksi dalam kesempatan arisan, rapat rutin RT, pengajian, grup kesenian, serta kerja bakti dan gotong royong yang tak tentu waktunya. Menurut Sekretaris RT 024 RW 001 Sunter Agung Masduki (43), ada dua grup musik di RT 024 RW 001, yakni grup Anita Nada untuk ibu-ibu dan Caping Gunung untuk bapak-bapak. ”Kami sudah sering ditanggap pentas," kata Masduki berbangga.

Menurut Ketua RT 024 RW 001 Sunter Agung Sagam (47), interaksi antarwarga menjadi kunci membangun kampung. Dengan komunikasi yang baik, persoalan keamanan hingga administrasi kependudukan bisa sangat minimal.

Minggu (1/12), RT 024 RW 001 Sunter Agung mendapat penghargaan dari Pemprov DKI Jakarta sebagai RT terbaik tahun 2013. Sagam berkesempatan menerima piala dan hadiah dari Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo. Selain lingkungan hidup, penghargaan ini juga mempertimbangkan ketertiban administrasi, keamanan, dan partisipasi warga dalam setahun terakhir.

"Semua laporan kami bukukan, mulai dari surat keluar masuk, kependudukan, kematian, hingga kegiatan warga, semua ada," kata Sagam.

Belakangan, kampung ini semakin sering dikunjungi, mulai dari mahasiswa, peneliti, hingga perwakilan negara lain. Selamat datang di Kampung Asik! (Mukhamad Kurniawan)