Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Basuki Tolak Gunakan APBD untuk Studi Kelayakan Tanggul Raksasa

Kompas.com - 04/12/2013, 10:11 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengatakan, pembangunan tanggul raksasa laut atau giant sea wall akan dilakukan jika studi kelayakan proyek itu telah dilakukan. Studi kelayakan ini tidak akan menggunakan dana dari pemerintah.

Dengan kondisi tersebut, Basuki mengatakan, Pemerintah Provinsi DKI masih akan mengkaji pembangunan proyek warisan mantan Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo, tersebut. Walaupun megaproyek itu sudah masuk ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2013-2017, tak menutup kemungkinan proyek itu batal di tengah jalan.

"Kalau rencana boleh batal karena tidak sesuai dengan kebutuhan. Namanya juga rencana," kata Basuki di Balaikota Jakarta, Rabu (4/12/2013).

Hingga saat ini, kata dia, Pemprov DKI masih mencari investor maupun swasta yang mau melakukan feasibility study atau uji kelayakan dan membangun tanggul raksasa tersebut. Hal itu dilakukan karena Pemprov DKI tidak akan mengalokasikan anggaran di APBD untuk melakukan uji kelayakan tersebut. Apabila tidak ada investor atau swasta yang berminat melakukan uji tersebut, maka proyek itu ditengarai memang tidak layak.

"Ya, dong, logikanya begitu. Kalau kita buat uji kelayakan, terus investor tahu proyek itu tidak feasible, jadi hilang dong duit kita," kata Basuki.

Mantan anggota Komisi II DPR RI itu mengatakan, beberapa waktu lalu ada pihak asing yang berniat ikut membangun giant sea wall, tetapi kekurangan biaya untuk melakukan uji kelayakan. Saat itu juga, Basuki mengatakan bahwa jika investor ingin mencari untung dari proyek giant sea wall, maka investor tersebut harus membiayai uji kelayakannya. Adapun Pemprov DKI hanya bertugas memberikan izin kepada investor.

"Kita mah enggak peduli lu untung berapa, yang penting kita bebas banjir. Masak mau uji kelayakan pakai duit pemerintah," ujar dia.

Proyek tersebut direncanakan menggunakan skema kerja sama pemerintah-swasta (public-private partnership atau PPP). Pemerintah pusat dan Pemprov DKI dibantu oleh tenaga ahli dari Belanda dalam melakukan studi kelayakan. Studi kelayakan tersebut diharapkan bisa secepatnya selesai karena lelang proyek yang bernilai sekitar Rp 200 triliun ini rencananya akan dibuka pada Mei 2014. Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo selalu mendesak agar pembangunan tanggul raksasa itu dipercepat dan jika dimungkinkan dibangun mulai 2014.

Giant sea wall digagas sejak pemerintahan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo. Tanggul tersebut berguna untuk menjaga daratan Jakarta dari bahaya rob. Tanggul itu sekaligus berfungsi sebagai tempat penyimpanan air bersih. Ada jalan melingkar di atas giant sea wall dan pusat pertumbuhan ekonomi baru.

Sebelum prediksi rob di seluruh pantai utara Jawa terjadi, proyek ini harus sudah selesai. Selama proyek giant sea wall belum berjalan, Pemprov DKI dalam waktu dekat membangun pabrik penjernihan air di Curug, Karawang, Jawa Barat. Proyek ini merupakan solusi jangka pendek memenuhi kebutuhan air bersih Jakarta dan solusi jangka panjang adalah membangun giant sea wall.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

Megapolitan
Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Megapolitan
Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Megapolitan
Uang Korban Dipakai 'Trading', Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Uang Korban Dipakai "Trading", Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Megapolitan
Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' Berhasil Diidentifikasi

Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" Berhasil Diidentifikasi

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Megapolitan
Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Megapolitan
Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Megapolitan
Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Megapolitan
Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Megapolitan
Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com