Pakar Psikologi Komunikasi Universitas Indonesia Hamdi Muluk menyebut bahwa hal tersebut patut dipertanyakan. Selain itu, kritikan Ridwan kepada Jokowi pun tidak memiliki ukuran jelas.
"Yang pasti kalau mengkritik itu harus dengan parameter yang jelas dan terukur," ujarnya kepada
Kompas.com, Jumat (6/12/2013).
Dalam kritiknya, Ridwan menilai kinerja Jokowi dan Wakil Gubernur pasangannya, Basuki Tjahaja Purnama, sangat buruk. Bahkan lebih buruk dari era Gubernur DKI sebelumnya, Fauzi Bowo. Dia juga menilai, Jokowi tidak pantas untuk menjadi presiden pada 2014. Survei-survei yang selama ini menunjukkan Jokowi berada di peringkat teratas menurutnya adalah survei bayaran.
Kritik yang diajukan Ridwan, menurutnya, mirip dengan kritik yang dilontarkan Ketua Fraksi Partai Demokrat Nurhayati Ali Assegaf beberapa waktu lalu. Kritik itu dilontarkan dengan hanya menggunakan perasaan tanpa menyertakan data dan fakta yang ada.
Dia mencontoh kritikan Ridwan mengenai kinerja Jokowi membenahi Jakarta. Ridwan, menurutnya, harus bisa menjelaskan apa saja kinerja Jokowi yang belum maksimal. Dia harus memperlihatkan data dan fakta di lapangan yang menunjukkan hal itu.
"Kalaupun memang belum maksimal, memangnya Jokowi malaikat? Jakarta bisa selesai secepat itu?" ucapnya.
Contoh lainnya adalah Ridwan yang menyebut survei pilpres yang menempatkan Jokowi di peringkat pertama adalah bayaran. Menurutnya, hal tersebut hanyalah sekadar pendapat Ridwan yang tidak bisa dibuktikan.
"Masa iya semua survei dibayar dengan Jokowi. Kalau saya tidak percaya, apalagi lembaga surveinya juga kredibel seperti Kompas," pungkas Hamdi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.