Anita, saksi mata asal Pondok Ranji, yang ada di belakang gerbong wanita, menuturkan, banyak orang terjebak di gerbong terdepan rangkaian KRL tersebut. Dia mengatakan, penumpang di gerbongnya panik saat terjadi tabrakan. Dia berusaha memecahkan kaca karena asap hitam mulai masuk gerbongnya. Ia juga menyaksikan penumpang di gerbong wanita terbakar.
Korban selamat lain, Bilal (13) dan Nurul (10), juga menyaksikan bagaimana kereta menghantam tangki. Saat itu, Bilal yang akan berangkat sekolah untuk ujian berada di gerbong kedua dari depan. Ketika tabrakan terjadi dan api menyala, ia dan adiknya, Nurul, berusaha membuka pintu kereta. Namun, tangan-tangan kecil itu tidak cukup kuat.
Saat itu ada dua pria yang ikut berusaha membuka pintu dengan menarik pintu geser kereta. Setelah terbuka, penumpang berlarian turun. Ia mengaku ada orang-orang yang melindungi dan mendahulukan anak-anak ini.
Syahroni, ayah Bilal dan Nurul, mengetahui peristiwa tersebut setelah ditelepon anaknya. Bilal sebenarnya tidak membawa telepon. Ia meminjamnya dari penumpang lain. "Saya ditelepon langsung lihat TV. Wah, kok terbakar. Saya langsung susul anak saya. Untung keduanya selamat," kata dia.
Bilal mengaku mengalami benturan di kepala kirinya. Namun, ia menolak ketika ditawari ke rumah sakit untuk diperiksa. Ia lebih memikirkan ujiannya. "Enggak tahu nanti ujiannya gimana," ujarnya.
Saat ini jumlah korban tewas akibat kejadian itu masih simpang siur. Sementara itu, puluhan orang mengalami luka-luka, termasuk tiga penumpang gerbong wanita yang mengalami luka bakar serius. Belasan korban luka dibawa ke RS Suyoto, Jalan Veteran, Bintaro, Jakarta Selatan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.