JAKARTA, KOMPAS.com — Terkait dengan peristiwa kecelakaan yang melibatkan kereta rel listrik (KRL) Tanah Abang-Serpong dengan truk tangki minyak bermuatan premium di Pondok Betung, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, Senin, seluruh jadwal keberangkatan KRL atau Commuter Line menuju Serpong maupun Parung dibatalkan.
Terjadi penumpukan penumpang di Stasiun Tanah Abang. Mereka tampak kebingungan mencari angkutan alternatif selain KRL.
Raut muka Siti (28) tampak kebingungan seusai membaca pengumuman pembatalan keberangkatan kereta api ke Parung. Saat ini, yang terpikir di benaknya hanyalah anak semata wayangnya yang masih berusia enam bulan. Ia tampak mondar-mandir membaca papan pengumuman seraya mengecek telepon selulernya.
"Saya bingung pulang naik apa, sedangkan besok sudah harus kerja lagi pukul 07.00 pagi," kata Siti saat ditemui Kompas.com di Stasiun Tanah Abang, Jakarta, Senin (9/12/2013).
Selama ini, ia tidak pernah menggunakan alternatif transportasi umum lain selain KRL. Teman-teman Siti yang sama-sama bekerja sebagai penjaga kios Blok A Tanah Abang menawarkan kepada Siti untuk menumpang mobil omprengan. Dua teman lainnya adalah Anjar (17) dan Yuli (15). Mereka juga terkena dampak pembatalan kereta ke Serpong.
Anjar harus pulang ke Sudimara dan Yuli pulang ke Rangkasbitung. Untuk dapat menumpang mobil omprengan, masing-masing penumpang harus membayar Rp 25.000 ke Serpong dan Rp 50.000 ke Parung. Sayangnya, hanya ada tiga lembar uang Rp 10.000 dan beberapa lembar uang Rp 2.000 yang terselip dalam dompet Siti. Sementara kedua temannya lebih memilih untuk naik mobil omprengan.
Harapan Siti pun hanya tertuju pada kakaknya yang sehari-hari menjaga anak semata wayangnya. "Ini lagi SMS kakak, semoga mau jemput saya ke sini. Saya sudah enggak punya uang lagi," keluh Siti.
Sehari-harinya, Siti hanya menghabiskan uang sekitar Rp 3.000 untuk satu kali perjalanan dari Tanah Abang-Parung. Sementara apabila ia memilih menggunakan bus kota, ia harus ke Grogol terlebih dahulu, kemudian turun di Kalideres menuju Serpong dan Parung. Membayangkan hiruk pikuknya lalu lintas Jakarta menambah kepenatan yang ada di benaknya.
Karenanya, ia memilih KRL sebagai transportasi andalannya sehari-hari. Selain murah, juga menghindari kemacetan. "Saya sudah pusing ngebayangin turun-turunnya itu. Belum lagi mahal juga naik bus," ujar Siti lagi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.