JAKARTA, KOMPAS.com —
Dinding beton Kanal Barat di Jalan Latuharhary miring 20 derajat. Sebagian dinding beton retak akibat tidak kuat menahan timbunan tanah urukan di sisi utara tanggul.

Untuk menahan agar tanggul tidak roboh, pelaksana proyek menarik dinding turap dengan kawat baja. ”Setelah turap bisa kami tarik dengan kawat baja, kami tinggal mengecornya. Sebagian sudah ditarik (menjadi tegak), sebagian yang lain belum kami tegakkan,” kata Muhtadi, pekerja dari PT Jaya Konstruksi, Kamis (26/12), di Jakarta.

Menurut Muhtadi, turap tersebut sudah lama miring. Penyebabnya adalah tidak kuat menahan timbunan tanah di atasnya. Kondisi itu diperparah hujan yang terus-menerus.

Namun, Muhtadi menampik jika turap itu rawan jebol ketika air Kanal Barat meluap. Sebab, di belakang turap yang miring masih ada tanggul tanah.

”Kemarin hujan deras dan air sungainya tinggi. Air sempat lewat di sela-sela turap yang miring,” ucapnya.

Turap yang miring ke arah sungai berada di sekitar kaki jembatan layang Kuningan. Sementara panjang turap yang miring sekitar 50 meter yang sebagian badan betonnya tertancap di dasar sungai. Pelaksana proyek memerlukan waktu kurang dari satu bulan untuk memperbaiki tanggul yang miring.

Tidak perlu khawatir

Bastari, Kepala Bidang Pelaksanaan Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane, menduga kemiringan tanggul Kanal Barat itu terjadi karena pelemahan tanah dasar kanal. Hal ini merupakan dampak penanganan banjir Januari 2013. Pada saat itulah tanggul lama mengalami pelemahan. Menurut Bastari, masyarakat tidak perlu khawatir karena tanggul yang miring tersebut kini ditahan kabel kawat. Tanggul Kanal Barat di Latuharhary dibuat tahun 2002. Seharusnya kondisi tanggul masih kuat jika tidak ada beban berlebih dan memengaruhi penggerusan.

Rabu, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo melihat perbaikan tanggul yang miring. Menurut Jokowi, perbaikan tanggul tidak membutuhkan waktu lama. Bagi orang teknis, perbaikan tanggul itu tak terlalu sulit. (WER/NDY)