Idi dan Tri sudah menjalin asmara sejak keduanya masih duduk di kelas VI sekolah dasar. Keduanya sama-sama bersekolah di SD Negeri 10 Kedoya Utara Pagi.
Setelah sama-sama bekerja dan 12 tahun berpacaran, keduanya memutuskan untuk menikah hari ini. Padahal, tempat tinggal mereka di RT 13 RW 02, Kelurahan Kedoya, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat, masih tergenang air akibat luapan Sungai Angke.
Rumah keduanya berkedekatan. Akibat banjir, Tri terpaksa mengungsi untuk berdandan. Ia harus kembali lagi ke rumahnya dengan cara digendong. "Saya dandan di rumah saudara saya, tak jauh dari lokasi pernikahan. Makanya, digendong saja ke pelaminannya," kata Tri yang digendong kakaknya.
Tri adalah anak ketiga dari empat bersaudara pasangan Muchtar (54) dan Katerina Peni (43). Kini ia bekerja di sebuah pabrik garmen di Jelambar, Jakarta Barat. Adapun Idi bekerja sebagai sopir di sebuah produk bumbu masakan.
Keduanya menikah secara sederhana. Tenda pernikahan dipesan memanjang di gang sempit di tengah permukiman padat yang mereka huni. Lokasi tenda pernikahan bersebelahan dengan Sungai Angke. Di ujungnya ada panggung untuk organ tunggal, sedangkan pelaminan berada di bawah.
Ada dinding tebal untuk tanggul sungai di dekat tenda itu. Namun, karena air sungai lebih tinggi dari lokasi tenda sehingga air tetap membasahi lingkungan di sekitar sungai. Tinggi air di sana mencapai 70 cm atau sepaha orang dewasa.
Akibat banjir itulah, pemain organ tunggal membatalkan perjanjian. "Dia batalkan pagi-pagi saat melihat jalan masuk ke sini banjir," ujar Tri.
Tetangga pengantin kemudian berinisiatif menyiapkan dua speaker besar. Speaker itu diletakkan di atas meja reyot dan diikat. Aliran listrik diambil dari salah satu rumah warga untuk menyalakan musik dari CD player. Alunan lagu dangdut pun menggantikan organ tunggal. Tempat duduk pengantin akhirnya dipindahkan ke panggung, yang sedianya digunakan untuk organ tunggal.
Sampai siang ini, panggung itu masih terus dihias. Kursi berserakan di mana-mana. Pengantin duduk dengan kursi tak tertata. Orang hilir mudik di atas panggung, padahal tamu terus berdatangan.
Dalam pernikahan mereka, pasangan ini menyebar 1.200 undangan. Tamu harus menarik tinggi-tinggi celana dan rok mereka untuk mengambil makanan di meja-meja yang telah disediakan. Mereka makan sambil berdiri atau naik ke meja-meja di pinggir tenda pengantin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.