JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memastikan bahwa proses teknologi modifikasi cuaca tidak akan memengaruhi kualitas air dan mencemari tanah. Zat yang digunakan untuk memodifikasi cuaca adalah garam dapur yang digiling halus, kemudian ditebar pada awan yang berpotensi menurunkan hujan.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, BNPB pernah menguji coba kualitas air hujan yang turun dalam modifikasi cuaca pada tahun lalu. ketika air hujan itu diuji coba di laboratorium, terbukti tidak ada pencemaran. "Ternyata golongannya B menurut baku mutu kualitas air. Artinya, tidak ada yang tercemar," kata Sutopo dalam konferensi pers di Bandara Halim Perdanakusuma, Selasa (14/1/2014).
Sutopo membantah bahwa modifikasi cuaca akan menghambat turunnya hujan di Jakarta dan menyebabkan kekeringan. Meski program ini ditargetkan mengurangi 35 persen turunnya hujan, Sutopo menyatakan bahwa cadangan air di wilayah Ibu Kota sudah mencukupi.
"Saya sampaikan, masalah air tidak akan berkurang. Cadangan air tanah sudah jenuh. Kondisi saat ini kalau kita kurangkan 35 persen masih bisa untuk air tanah," ujar Sutopo.
Ia menyebutkan, modifikasi cuaca juga tidak akan menyebabkan kondisi cuaca di Jakarta menjadi panas. Masyarakat tidak perlu khawatir tentang dampak buruk akibat modifikasi cuaca tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.