"Biaya TMC sekitar Rp 20 miliar untuk operasional pesawat terbang, bahan semai, pembuatan alat mekanisasi seeding selama dua bulan," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BPNP) Sutopo Purwo Nugroho, lewat akun Twitter, Selasa (14/1/2014).
Sutop mengatakan modifikasi cuaca dilakukan mulai Selasa hingga dua bulan ke depan. Dua strategi diterapkan, yakni mempercepat hujan di daerah di luar Jakarta yang aman dari banjir dan menghambat pertumbuhan bibit hujan.
Pelaksanaan modifikasi cuaca, lanjut Sutopo, akan melibatkan pesawat Hercules dan Casa 212, dengan basis di pangkalan udara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur. Dibandingkan dengan biaya yang timbul akibat banjir, ujar dia, ongkos modifikasi cuaca ini relatif kecil.
Sebagai pembanding, Sutopo menyebutkan dua kejadian banjir besar sebelumnya di Jakarta. Banjir pada 2003, sebut dia, menimbulkan kerugian tak kurang dari Rp 3,8 triliun. Lalu, banjir pada Januari 2013, kata dia, memunculkan kerugian Rp 7 triliun.
Sutopo menginformasikan pula bahwa modifikasi cuaca ini tak punya dampak negatif pada air hujan, apalagi memunculkan kekeringan. "Bahan semai yang digunakan adalah garam dapur (NaCl) yang dihaluskan hingga lebih kecil dari tepung, lalu disebarkan dari pesawat terbang," ujar dia.
Bahan semai dan tenaga ahli untuk modifikasi cuaca ini, papar Sutopo, semuanya berasal dari dalam negeri. Tenaga ahli yang dilibatkan berasal dari BNPB, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), TNI AU, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), dan Kementerian Pekerjaan Umum.
Target dari modifikasi cuaca, sebut Sutopo, adalah curah hujan di Jakarta selama Januari hingga Februari 2014 turun 35 persen dari kondisi tanpa modifikasi. Upaya modifikasi cuaca serupa sebelumnya pernah dipakai saat penyelenggaraan SEA Games 2011 di Sumatera Selatan dan PON 2012 di Riau.