"Omzet per toko-nya rata-rata Rp 5 juta. Taksiran kami, mereka rugi Rp 12 miliar. Jumlah ini belum termasuk kerugian pedagang di sepanjang Jalan Hayam Wuruk itu," ujar Wakil Ketua Umum Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Sarman Simanjorang, melalui siaran pers yang diterima Kompas.com pada Rabu malam.
Sarman mengatakan, tahun lalu kawasan perdagangan tersebut tak mengalami banjir. Namun, pada tahun ini, ketinggian air di kawasan itu sampai setinggi 50 sentimeter. Maka dari itu, akses menuju Glodok pun terputus bagi pedagang, barang, apalagi konsumen. Saat banjir menggenang, kata Sarman, sekitar 75 persen dari 3.000 toko di kawasan Glodok tak dapat berjualan.
Tidak hanya di kawasan Glodok, akses masuk sejumlah pusat bisnis di Jakarta juga tergenang. Beberapa di antaranya adalah kawasan JIEP Pulogadung, Mangga Dua, dan Kelapa Gading. Banyak toko tutup dan karyawan tak bisa masuk. Namun, lanjut Sarman, kerugian di kawasan tersebut belum bisa dikalkulasi.
Para pengusaha, lanjut Sarman, berharap Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mempercepat terobosan program penanggulangan banjir yang terjadi, tidak lagi lima tahunan, tetapi diharapkan setiap tahun. Pasalnya, setiap kali banjir, geliat bisnis di Jakarta yang menopang ekonomi nasional mengalami kerugian sangat besar.
"Sebagai kota pusat bisnis, perdagangan, pariwisata, dan investasi, Jakarta harus mampu menekan dampak banjir. Jika itu terjadi, investor dan wisatawan tidak ragu datang ke Jakarta," ujar Sarman. Terlebih lagi, masyarakat ekonomi ASEAN akan efektif berlaku per 1 Januari 2015, dengan kondisi bahwa keran arus perdagangan di kawasan Asia Tenggara akan dibuka selebar-lebarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.