"Saya juga prof... Provokator, he-he-he," kata Basuki, di Balaikota Jakarta, Jumat (14/2/2014).
Saat menjabat sebagai Bupati Belitung Timur, menurut Basuki, apabila mengumpulkan sepuluh orang, hanya dua di antaranya yang bergelar sarjana. Sementara sisanya, maksimal hanya lulusan sekolah menengah atas (SMA).
Kondisi ini sangat jauh berbeda dengan Jakarta. Ia merasa beruntung dapat berkumpul dengan orang-orang pintar di Jakarta. Sebab, kata dia, hal itu dapat memperluas wawasan.
Di Pemprov DKI saja, banyak PNS DKI yang bergelar profesor dan doktor. Mereka yang bergelar profesor dan menjabat sebagai deputi gubernur, seperti Deputi Gubernur bidang Pariwisata dan Kebudayaan DKI Sylviana Murni dan Deputi Gubernur bidang Industri, Perdagangan, dan Transportasi Soetanto Suhodo.
"Nanti kalau ada yang bergelar profesor atau doktor, kasih ke Pemprov DKI saja. Bisa saja nanti promosi jadi masuk BUMD," kata Basuki.
Menurut Basuki, satu hal yang sulit saat memimpin Jakarta hanyalah, dibutuhkan tambahan peregangan otot sebab di Jakarta tak sedikit pelanggar peraturan, terutama perda. Misalnya saja, para pedagang kaki lima (PKL) yang berjualan hingga ke tengah jalan atau mendirikan bangunan di atas waduk hingga ruang terbuka hijau.
Sementara untuk karakteristik masyarakat Ibu Kota, Basuki menilai, masyarakat Jakarta tak sedikit yang ngeyel dan membela diri, padahal mereka melanggar aturan yang berlaku. Misalnya saja, mereka yang kerap membuang sampah sembarangan, menduduki trotoar untuk berjualan, menyewakan bangunan di atas waduk, mencuri listrik, dan sebagainya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.