"Giant sea wall itu kan banyak campur tangan (pemerintah) pusat juga. Nah, tanggal 22-25 Maret ini, Wapres ajak saya bersama Bappenas dan UKP-4 ke Rotterdam, Belanda duduk mendiskusikan masalah ini juga," kata Basuki, seusai meresmikan Taman Semanggi, Jakarta, Minggu (9/3/2014).
Meskipun awalnya ia merasa berat untuk sejenak meninggalkan Jakarta, namun menurutnya diskusi itu penting untuk mengetahui apakah bendungan raksasa tersebut layak dibangun atau tidak. Rencananya, pembangunan bendungan raksasa proyek mantan Gubernur DKI Fauzi Bowo itu sepenuhnya akan dikerjakan oleh pihak swasta.
Dalam proyek pembangunan , Pemprov DKI Jakarta akan meniru konsep yang dikerjakan Pemerintah Rotterdam, Belanda. Di Rotterdam, pemerintah memberi izin swasta melakukan reklamasi. Sekitar 70 persen saham reklamasi pulau itu kemudian dikuasai oleh pemerintah. Sedangkan, di Indonesia, pemerintah hanya menguasai 5 persen lahan reklamasi.
"Nah, kita mesti cari akal untuk menaikkan kewajiban pengembang," kata Basuki.
Rencananya, mega proyek giant sea wall akan menggunakan skema kerja sama pemerintah-swasta (public-private partnership/PPP) dalam pelaksanaannya. Pemerintah pusat dan Pemprov DKI dibantu oleh tenaga ahli dari Pemerintah Belanda dalam melakukan studi kelayakan. Studi kelayakan tersebut diharapkan bisa secepatnya selesai karena lelang proyek yang bernilai sekitar Rp 200 triliun ini rencananya akan dibuka pada Mei 2014.
Bendungan raksasa ini merupakan salah satu gagasan Foke, sapaan Fauzi Bowo, untuk menjaga bahaya rob dan berfungsi sebagai tempat penyimpanan air bersih. Ada jalan melingkar di atas giant sea wall dan pusat pertumbuhan ekonomi baru.
Sebelum prediksi rob di seluruh pantai utara Jawa terjadi, proyek ini harus sudah selesai. Selama proyek giant sea wall belum berjalan, Pemprov DKI dalam waktu dekat membangun pabrik penjernihan air di Curug, Karawang, Jawa Barat. Proyek ini merupakan solusi jangka pendek memenuhi kebutuhan air bersih Jakarta dan solusi jangka panjang adalah membangun bendungan tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.