"Satu, saya males nombokin. Kalau duit belum turun atau kurang, kan kita yang mesti nombokin. Padahal, kebutuhan kita juga banyak, bukan cuma itu (rumah) doang," kata Nani, seorang warga RT 2 RW 7 Gandaria Selatan, Jakarta Selatan, Selasa (11/3/2014).
Sementara itu, warga lainnya, Jaliyah, mengaku khawatir dana program kampung deret sebesar RP 54 juta itu terlambat cair.
"Kalau saya ikut kampung deret, terus bagaimana jika uangnya belum turun kayak sekarang ini? Kan saya musti nombokin. Daripada buat nombokin, mending buat biaya kuliah anak saya tahun ini," kata Jaliyah.
Kendati demikian, keduanya mengaku tertarik ikut serta jika program tersebut dilakukan tahun depan. Mereka mengatakan akan menabung agar memiliki dana cadangan.
Program kampung deret di RW 7 Gandaria Selatan ini diikuti oleh 197 kepala keluarga. Pembangunannya sudah dimulai Januari 2014 dan diharapkan selesai dalam jangka tiga bulan. Dana pembangunan diberikan dalam tiga tahap. Saat ini warga Gandaria menunggu pencairan dana tahap III.
Saat ini, program kampung deret tengah disoroti. Ditemukan penyimpangan pada bantuan langsung dari pemerintah kepada warga. Selain itu, model kampung deret juga menuntut biaya tidak sedikit karena kampung kumuh di Jakarta cukup luas.
Seperti warta Kompas, pada pelaksanaan kampung deret di Kebon Singkong, Klender, contohnya, ditemukan pengadaan material bangunan secara kolektif oleh sejumlah warga dengan harga lebih tinggi dibandingkan dengan harga di pasaran. Beberapa warga yang merasa dirugikan menuntut uang mereka dikembalikan.
Di RW 015, Kelurahan Pisangan Timur, Pulogadung, juga ditemukan sejumlah warga penerima program kampung deret diminta membayar tip bagi konsultan 2 persen dari dana bantuan yang diterima, yang bisa mencapai Rp 1 juta.
Peneliti arsitektur dan tata kota Universitas Tarumanagara, Darrundono, mengungkapkan, dengan pendekatan kampung deret, pemerintah harus terus memberikan subsidi untuk renovasi rumah di permukiman padat. Sementara permukiman padat di Jakarta sangat banyak dan tersebar di sejumlah tempat.
Kampung deret yang mengikuti model urban renewal atau peremajaan kota sudah ditinggalkan oleh sejumlah negara antara lain Amerika dan beberapa negara di Eropa. Model itu hanya memoles permukiman padat menjadi cantik, tetapi kualitas hidup warga yang tinggal di dalamnya tidak meningkat.
”Singapura, Hongkong, memang bisa berhasil memindahkan warga ke apartemen. Tetapi ingat, negara itu kecil dan ekonominya maju,” katanya.
Sebaliknya, pada proyek Husni Thamrin tahun 1969, penataan kampung dijalankan dengan perbaikan fasilitas publik, antara lain perbaikan sanitasi dengan memperbaiki saluran air, septic tank, dan penyediaan puskesmas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.