Warga hanya ingin kampungnya dinormalisasi. "Kami minta dikeringkan, bukan dijadikan kampung deret," ujar Rudi Suwandi (44), Ketua RT 010.
Kepala keluarga yang sudah tinggal sejak lahir di Kampung Apung ini tidak bisa membayangkan nantinya tempat tinggal mereka selama turun temurun tersebut diubah menjadi kampung deret.
Menurut Rudi, dari hasil rapat dengan RT lain di seluruh wilayah Kampung Apung, keinginan mereka sudah bulat. Mereka ingin kampung itu dinormalisasi, dengan cara penyedotan air yang sudah 24 tahun lebih berdiam di bawah rumah mereka. Apalagi sudah ada dua korban anak-anak yang tenggelam di banjir permanen tersebut.
Warga Kampung Apung juga menginginkan adanya dana kompensasi dari pemerintah untuk memperbaiki bagian rumah mereka yang rusak akibat banjir tersebut. Warga juga meminta pemindahan lokasi pemakaman yang sudah tenggelam dan kini sudah menjadi rawa.
Kampung Apung dahulu bernama Kampung Teko. Sejak 1988, kawasan ini mengalami banjir permanen seiring derasnya proyek pembangunan pabrik dan perumahan mewah di sekitar kawasan tersebut.
Kampung yang dulunya berada di permukaan tanah yang lebih tinggi justru menjadi lebih rendah dibanding daerah sekitarnya. Hal itu karena kawasan sekitarnya sudah ditimbun dan ditinggikan.
Sebelumnya diberitakan, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mengatakan, kawasan Kampung Apung, Jakarta Barat, termasuk yang akan dijadikan kampung deret. Menurut Jokowi, warga kampung tersebut tidak boleh dibiarkan terus menerus hidup di atas air.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.