Kekecewaannya kepada Wiriyatmoko disebabkan pada pertemuan pertama antara Pemprov DKI dan tiga perusahaan penyumbang bus. Basuki menjanjikan sumbangan dapat diterima dalam waktu beberapa hari saja. Karena tiga perusahaan yang terdiri dari PT Telekomunikasi Seluler Indonesia, PT Rodamas, dan PT Ti-Phone Mobile Indonesia telah menyumbang 30 unit bus sejak enam hingga delapan bulan yang lalu.
Di dalam nota dinas, Wiriyatmoko menyampaikan tindak lanjut kesepakatan bersama penyediaan unit bus transjakarta oleh pihak ketiga (perusahaan swasta). Disebutkan, pajak reklame yang harus dibayar perusahaan mencapai Rp 346.750.000 per tahun. Basuki terkejut melihat nilai pajak yang fantastis dikenakan pada tiga perusahaan tersebut.
Emosinya semakin meluap mengetahui Plt Sekda sedang memproses surat verbal kepada Kemendagri. Ia mengatakan, proses yang rumit itu mempersulit dan memperpanjang waktu bus sumbangan diterima oleh Pemprov DKI. Menurut Basuki, banyak "jebakan batman" dalam nota dinas yang diberikan Plt Sekda kepadanya.
Basuki pun menuliskan memo di surat Plt Sekda itu. "Kepada saudara Plt Sekda, kalau begitu tegakkan seluruh Perda. Bus-bus di Jakarta yang pakai solar buang ke laut saja". (Baca: Surat Basuki untuk Plt Sekda: Bus-bus Pakai Solar Buang ke Laut Saja!)
Wiriyatmoko merupakan pejabat DKI yang merupakan salah satu kandidat calon Sekda DKI. Jika Basuki menjadi gubernur menggantikan Jokowi yang mencalonkan diri sebagai presiden RI, ia tak akan memilih Wiriyatmoko untuk mendampinginya bekerja membangun Jakarta.
"Enggak bakalan maulah gue punya Sekda kayak begitu. Semua orang di Jakarta, siapa sih yang enggak kenal Pak Wiriyatmoko, dia hubungannya kuat sama orang-orang properti, makanya aku udah marah banget, langsung pecat saja," ujar Basuki.