JAKARTA, KOMPAS.com — 
 Kapasitas pompa Pluit di Penjaringan, Jakarta Utara, bertambah seiring pengoperasian tiga pompa baru berkapasitas 15 meter kubik per detik. Hibah Pemerintah Jepang senilai Rp 181 miliar itu meningkatkan fungsi Waduk Pluit untuk mengamankan kawasan penting Ibu Kota Jakarta dari ancaman banjir.

Sejumlah pejabat hadir dalam peresmian pompa yang digelar di rumah pompa Pluit, Kamis (27/3), itu. Mereka antara lain Wakil Menteri Luar Negeri Jepang Norio Mitsuya, Wakil Menteri Pekerjaan Umum Hermanto Dardak, Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane Teuku Iskandar, dan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo.

Teuku Iskandar mengatakan, tiga dari sepuluh pompa yang ada di rumah pompa Pluit rusak pada Februari 2009. Akibatnya, kapasitas pompa berkurang, secara keseluruhan menjadi 34 meter kubik per detik, dari sebelumnya 49 meter kubik.

Dengan tambahan tiga pompa yang masing-masing berkapasitas 5 meter kubik per detik, Waduk Pluit menjadi lebih andal dalam mengendalikan banjir. Total kapasitas pompa kini kembali mencapai 49 meter kubik per detik.

Hermanto menambahkan, Waduk dan Stasiun Pompa Pluit merupakan salah satu infrastruktur penting bagi drainase Ibu Kota Jakarta. Keberadaannya mengamankan area seluas 34,2 kilometer persegi, termasuk di antaranya Istana Negara.

Selain kawasan penting di Jakarta Pusat, peran Waduk Pluit juga penting untuk menopang aktivitas perniagaan, transportasi, dan pemerintahan di Jakarta Utara. Banjir pada awal 2013 dan 2014 menjadi pelajaran.

”Jakarta rentan banjir karena kapasitas 13 sungai yang mengalir semakin sempit dan dangkal, sekitar 40 persen daratannya berada di bawah permukaan laut, dan tata guna lahan berubah,” ujarnya.

Pemerintah Jepang, lanjut Hermanto, membantu merekonstruksi pompa. Proyek dimulai pada 27 Maret 2012 oleh Hazama Ando Corporation sebagai pelaksana dan Yachiyo Engineering sebagai konsultan supervisi. Proyek selesai lebih cepat dari target sekitar dua tahun.

Norio Mitsuya berharap tidak ada genangan lagi di kawasan vital Jakarta, termasuk di depan kantor Kedutaan Besar Jepang di Indonesia di Menteng, Jakarta Pusat. Pembangunan pompa ini adalah salah satu bentuk kerja sama Jepang dan Indonesia dalam penanggulangan bencana.
Sudetan Ciliwung

Joko Widodo menambahkan, berkaca pada kasus kerusakan pompa Ancol Timur, Pemerintah DKI Jakarta mengambil alih pengelolaan dan pemeliharaan pompa. Dengan demikian, perbaikan kerusakan dan manajemen risikonya lebih jelas.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta tengah menyelesaikan sejumlah proyek untuk mengurangi risiko banjir dan genangan akibat rob di pesisir utara. Proyek itu antara lain normalisasi Sungai Pesanggrahan, Angke, dan Sunter sepanjang 60 kilometer dengan anggaran Rp 2,25 triliun, penambahan pintu air Manggarai dan Karet, dan normalisasi Sungai Ciliwung Lama sepanjang 8,5 kilometer.

Selain itu, Kementerian Pekerjaan Umum juga tengah menormalisasi Sungai Ciliwung sepanjang 19 kilometer dengan anggaran Rp 1,18 triliun pada 2013-2016. Ada pula pembangunan sudetan Ciliwung-Kanal Banjir Timur sepanjang 1,27 kilometer yang diharapkan mengurangi risiko banjir di Jakarta.

Teuku Iskandar menambahkan, proyek sudetan kini memasuki tahap sosialisasi dan pembebasan lahan. Namun, pekerjaan itu dinilai tidak memakan waktu lama. ”Lahan yang dibutuhkan sekitar dua hektar di inlet dan outlet. Sudetan berupa terowongan yang dibangun di kedalaman 5-9 meter dengan diameter 3,5 meter,” ujarnya.

Sudetan ditargetkan mampu mengalirkan air Sungai Ciliwung ke kanal banjir hingga 60 meter kubik per detik. Kementerian Pekerjaan Umum menganggarkan Rp 493 miliar untuk konstruksi dan Rp 14,37 miliar untuk supervisi. (MKN)