Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saran Kadishub Baru Bikin Ahok Geram

Kompas.com - 02/04/2014, 08:51 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengaku geram ketika Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Muhammad Akbar yang menggantikan Udar Pristono menyarankan dirinya menerima sisa bus dari pengadaan APBD 2013. Alasan Akbar ialah karena asas manfaat sehubungan dengan masalah DKI Jakarta yang kekurangan bus untuk transportasi umum.

Menurut pria yang akrab disapa Ahok itu, pihaknya menolak mentah-mentah. Bahkan, dia mengaku semakin geram dengan kelakukan pegawai negeri sipil (PNS) di DKI Jakarta karena kerap membohongi dirinya. Kemarahan Ahok bertambah lagi saat sumbangan 30 bus ditolak oleh Plt Sekretaris Daerah DKI Jakarta Wiriyatmoko dan Kepala Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD) DKI Jakarta.

"Kemarin Kadishub baru datang kepada saya supaya menerima bus yang karatan itu. Katanya asas manfaat. Ini ada yang mau nyumbang bus malah ditolak karena alasannya bahan bakarnya bukan gas. Harusnya di Jakarta ini fair dong," kata Ahok, Selasa (1/4/2014).

Ke depan, kata Ahok, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menegaskan tidak akan membeli lagi bus transjakarta gandeng dari China. "Sudah cukup beli bus dari China," kata Ahok.

Tak membantah

Muhammad Akbar tidak membantah dirinya pernah menyarankan kepada Wakil Gubernur untuk menerima sisa bus yang sebelumnya sempat bermasalah. Karena sarannya ditolak, pihaknya belum bisa memastikan apakah akan menerima atau tidak sisa bus transjakarta dan bus kota terintegrasi bus transjakarta (BKTB) yang terindikasi ada korupsi saat pengadaannya.

Menurut Akbar, pihaknya akan berkonsultasi lebih dulu dengan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan lembaga lainnya yang bertugas mengawasi keuangan negara. Menurutnya, saat ini bus yang sudah diterima jumlahnya baru 125 unit dari total 656 bus transjakarta dan BKTB yang mesinnya didatangkan dari China serta karoserinya dirakit di Jakarta.

Dari 656 bus tersebut, 310 di antaranya adalah bus transjakarta dan 346 adalah bus sedang atau BKTB. "Kalau yang sudah diterima ada 125 unit. Itu sudah diterima dan dipakai. Kalau yang sisanya belum tahu. Kami akan berkonsultasi dulu," ujar Akbar.

Akbar menambahkan, 531 unit bus transjakarta dan BKTB itu sudah di Jakarta, tetapi masih berada di pul kontraktor pemenang tender dan belum diserahterimakan ke Dishub DKI karena pembayarannya baru 20 persen dari nilai proyek Rp 848.112.775.000 untuk bus transjakarta dan Rp 239,3 miliar untuk BKTB.

"Saat ini, bus berada di pul mereka (kontraktor). Sudah sampai Jakarta semuanya. Sekarang masih di pul kontraktor, masih di vendor penyedia," kata Akbar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bisakah Beli Tiket Dufan On The Spot?

Bisakah Beli Tiket Dufan On The Spot?

Megapolitan
Rute Transjakarta 2E Rusun Rawa Bebek-Penggilingan via Rusun Pulo Gebang

Rute Transjakarta 2E Rusun Rawa Bebek-Penggilingan via Rusun Pulo Gebang

Megapolitan
Dinas SDA DKI Sebut Proyek Polder di Tanjung Barat Akan Selesai pada Mei 2024

Dinas SDA DKI Sebut Proyek Polder di Tanjung Barat Akan Selesai pada Mei 2024

Megapolitan
Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Megapolitan
Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Megapolitan
Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Megapolitan
PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

Megapolitan
PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

Megapolitan
Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan 'Pelanggannya' dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan "Pelanggannya" dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Megapolitan
KPU Jaktim Buka Pendaftaran PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

KPU Jaktim Buka Pendaftaran PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

Megapolitan
NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Megapolitan
Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Megapolitan
“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com