Sutasoma adalah seorang pangeran dari negeri Hastina. Namun sebagai penerus tahta, ia menolak menjabat sebagai raja sebelum menemukan pencerahan menuju jalan kedamaian. Kisahnya seperti Buddha Gautama, ia pergi dari istana lalu menyepi ke puncak Mahameru, menemui rintangan besar berjumpa dengan naga dan hariman yang akhirnya ditaklukkannya.
Di puncak Mahameru ia bertemu Bagawan Sumitra yang ternyata adalah kerabatnya. Sumitra berpesan agar Sutasoma menjalani semadi untuk mencari pencerahan demi mendapat jalan damai. Jalan damai ini bisa mencegah peperangan yang dikobarkan Jalantaka, penakluk raja-raja sekitarnya.
Banyak kalangan sastrawan menilai, kisah Sutasoma ditulis Empu Prapanca untuk menyindir gerakan poltitik yang dilancarkan patih Gajah Mada. Gajah Mada melebarkan pengaruh politik Majapahit melalui pendekatan militer dan ekonomi. Sang Sutasoma memilih gerakan budaya untuk menyatukan berbagai kerajaan yang ada. Semboyannya Berbeda-beda namun tetap satu kini menjadi semboyan bangsa Indonesia.
“Kisah Sutasoma cocok dengan misi TMII yang merangkum berbagai keberagamaan bangsa dalam satu wadah,” kata Suryandoro, Kepala Bidang Kehumasan TMII. Tahun ini TMII ditetapkan sebagai Wahana Perekat Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2014.
Dalam acara itu, Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi mengatakan, Permendagri dikeluarkan agar Pemerintah Daerah segera mengoptimalkan peran anjungan berbagai daerah di TMII. “Anjungan tidak hanya menjadi etalase budaya, tetapi juga bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan kerukunan bersama,” kata Gamawan. Selain anjungan daerah yang berbentuk berbagai rumah adat, TMII juga memiliki 18 museum.
Tahun lalu ada tujuh anjungan baru yang dibangun, yaitu anjungan Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Banten, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku Utara dan Papua Barat. Provinsi-provinsi baru lainnya diharapkan segera membangun anjungan di TMII. Selama ini pembiayaan anjungan dan program kegiatannya diserahkan kepada pemerintah daerah. TMII dibangun tahun 1975 dan digagas oleh Tien Soeharto.
Direktur Umum TMII Bambang Parikesit mengatakan, TMII sudah dinyatakan sebagai obyek vital oleh negara. Sejak tahun 2012 TMII juga dipersiapkan untuk diajukan ke Organisasi Dunia Bidang Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) sebagai Best Practises. (LUSIANA INDRIASARI)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.