Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diprotes soal Pembersihan Tugu Monas, Ini Jawaban Ahok

Kompas.com - 24/04/2014, 11:18 WIB
Alsadad Rudi

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengatakan, suatu perusahaan bisa dikatakan profesional jika dilihat dari reputasinya. Ia menilai, suatu perusahaan tidak bisa mengklaim diri profesional bila tidak memiliki reputasi.

Hal itu disampaikannya menanggapi keluhan dari Asosiasi Rope Access Indonesia (ARAI) dan Asosiasi Pengusaha Klining Servis Indonesia (Apklindo) yang menuding Basuki tidak nasionalis karena lebih memilih perusahaan asing asal Jerman, Kaercher, sebagai pihak yang ditunjuk untuk membersihkan Tugu Monumen Nasional (Monas).

"Sekarang kan kalau melihat ukuran profesional, apa mereka pernah mengerjakan monumen nasional dunia? Itu saja," kata Basuki di Balaikota Jakarta, Kamis (24/4/2014).

Basuki menjelaskan, Pemerintah Provinsi DKI telah membuat syarat-syarat bagi pihak yang berminat untuk membersihkan Monas. Syarat tersebut adalah tidak meminta bayaran (diberikan dalam bentuk corporate social responsibility) dan profesional.

Khusus untuk ukuran profesional, Basuki menilai bahwa Kaercher telah dapat membuktikannya karena pernah membersihkan sejumlah bangunan terkenal di berbagai belahan dunia.

"Profesionalnya ditunjukkan bukan hanya dari profesional panjat tebing, tetapi apakah mereka pernah mengerjakan monumen nasional dunia? Itu saja. Saya tidak mau ambil resiko kalau cuma ngaku-ngaku. Kalau cuma manjat, banyak yang bisa," ucap pria yang akrab disapa Ahok itu.

Seperti diberitakan, pembersihkan Monas akan dilakukan pada 5-18 Mei 2014. Pembersihan tersebut merupakan yang pertama sejak 1992. Menurut Basuki, pihaknya menggandeng Kaercher karena perusahaan tersebut telah membersihkan lebih dari 80 monumen terkenal di dunia, antara lain Basilika Santo Petrus di Vatikan (1998), Gunung Rushmore di Amerika Serikat (2005), dan London Eye di Inggris (2013).

Protes dari ARAI dan Apklindo

Menurut pihak ARAI dan Apklindo, mereka sebenarnya telah berkeinginan untuk membersihkan Monas sejak 2010 dalam bentuk CSR. Namun hingga Maret 2014, niat tersebut tak kunjung terealisasi lantaran birokrasi yang rumit di Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Sampai akhirnya, belum lama ini mereka baru mengetahui bahwa Pemprov DKI telah menunjuk Kaercher untuk membersihkan monumen yang dibangun pada 1961 itu.

"Pak Wagub begitu meng-anaktiri-kan kami, yang notabene adalah orang Indonesia yang punya keahlian rope access, bukan sekadar kumpulan pencinta alam yang bisa manjat doang," kata Sekretaris Aplindo Tommy Harjana melalui siaran persnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Belum Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Bingkai: Kan Belum Dilantik

Belum Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Bingkai: Kan Belum Dilantik

Megapolitan
Belum Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Bingkai: Belum Ada yang Pesan

Belum Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Bingkai: Belum Ada yang Pesan

Megapolitan
Gugatan PDI-P terhadap KPU di PTUN Berlanjut, Sidang Akan Digelar 2 Mei 2024

Gugatan PDI-P terhadap KPU di PTUN Berlanjut, Sidang Akan Digelar 2 Mei 2024

Megapolitan
ODGJ yang Serang Kakaknya di Cengkareng Pakai 'Cutter' juga Lukai Warga Rusun

ODGJ yang Serang Kakaknya di Cengkareng Pakai "Cutter" juga Lukai Warga Rusun

Megapolitan
Ini Tata Cara Lapor Domisili agar NIK Tidak Dinonaktifkan

Ini Tata Cara Lapor Domisili agar NIK Tidak Dinonaktifkan

Megapolitan
Kunjungi Posko Pengaduan Penonaktifan NIK di Petamburan, Warga: Semoga Tidak Molor

Kunjungi Posko Pengaduan Penonaktifan NIK di Petamburan, Warga: Semoga Tidak Molor

Megapolitan
Penyesalan Kekasih Wanita Hamil yang Tewas di Kelapa Gading, Minta Maaf Tinggalkan Korban Saat Tengah Pendarahan

Penyesalan Kekasih Wanita Hamil yang Tewas di Kelapa Gading, Minta Maaf Tinggalkan Korban Saat Tengah Pendarahan

Megapolitan
Seorang Pria Peluk Paksa Gibran yang Sedang Berkunjung di Rusun Muara Jakarta Utara

Seorang Pria Peluk Paksa Gibran yang Sedang Berkunjung di Rusun Muara Jakarta Utara

Megapolitan
Warga Bekasi Jadi Korban Pecah Kaca Mobil Saat Sedang Makan Soto di Kemang Pratama

Warga Bekasi Jadi Korban Pecah Kaca Mobil Saat Sedang Makan Soto di Kemang Pratama

Megapolitan
Gibran Janji Dorong Pemerataan Pembangunan di Seluruh Indonesia

Gibran Janji Dorong Pemerataan Pembangunan di Seluruh Indonesia

Megapolitan
Kondisi Rumah Galihloss Mendadak Sepi Setelah Dugaan Penistaan Agama Mencuat, Tetangga: Mereka Sudah Pergi

Kondisi Rumah Galihloss Mendadak Sepi Setelah Dugaan Penistaan Agama Mencuat, Tetangga: Mereka Sudah Pergi

Megapolitan
Polisi Temukan 'Tisu Magic' dan Lintah Papua di Kamar Kos Perempuan yang Tewas di Pulau Pari

Polisi Temukan "Tisu Magic" dan Lintah Papua di Kamar Kos Perempuan yang Tewas di Pulau Pari

Megapolitan
Video Pencurian Mesin 'Cup Sealer' di Depok Viral di Media Sosial

Video Pencurian Mesin "Cup Sealer" di Depok Viral di Media Sosial

Megapolitan
Posko Aduan Penonaktifan NIK di Petamburan Beri Sosialisasi Warga

Posko Aduan Penonaktifan NIK di Petamburan Beri Sosialisasi Warga

Megapolitan
Ketua RW Syok Galihloss Ditangkap Polisi Terkait Kasus Penistaan Agama

Ketua RW Syok Galihloss Ditangkap Polisi Terkait Kasus Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com