"Usulan itu hanya suatu pemikiran saja, jadi masih perlu pertimbangan matang. Karena dampaknya selain kepada sekolah, juga terhadap negara," ujar Kepala Pusat Komunikasi Publik Kemenhub J A Barata, kepada Kompas.com, Rabu (7/5/2014).
Barata mengatakan, setidaknya ada dua pertimbangan jika usulan tersebut dilakukan. Pertama, Barata mengaggap pemotongan angkatan di STIP jelas merugikan sekolah.
Menurutnya, dengan memotong angkatan baru, kegiatan pendidikan dalam institusi akan berhenti. Padahal, menurut Barata, kegiatan belajar dan mengajar adalah hal mutlak yang tidak boleh dikorbankan.
Kerugian juga akan dialami dosen serta staf pengajar STIP. Belum lagi fasilitas dan prasarana sekolah yang akan rusak jika tidak digunakan.
Hal kedua, kata Barata, yang menjadi persoalan adalah, saat ini, Indonesia masih kekurangan jumlah pelaut. Menurutnya, dengan memotong satu atau dua tahun angkatan, akan sangat berdampak pada minimnya jumlah pelaut di Indonesia.
"Bahkan lulusan dari STIP saja masih kurang jumlahnya," ujar Barata.
Meski tidak menyebut angka kurangnya pelaut saat ini, Barata mengatakan, lulusan dari STIP merupakan SDM yang sangat berpotensi. "Lulusan dari STIP sangat dibutuhkan. Bahkan sebelum mereka lulus, sudah banyak yang ditawarkan pekerjaan," kata Barata.
Kemenhub, menurut Barata, sedang mengupayakan solusi terbaik dalam mencegah kasus kekerasan kembali terjadi di lingkungan STIP. Salah satunya, Kemenhub telah mengadakan diskusi dengan mengundang beberapa pengamat pendidikan, pelaut berpengalaman, serta para alumni STIP.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.