Didampingi pengacara M Mukhlas, sang ibu, AS (50), menuturkan, peristiwa itu terjadi di rumah pelatihnya di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Awalnya putranya, ES (17), ingin mengikuti pelatihan dari seorang pelatih tenis luar negeri yang tengah berkunjung ke Indonesia.
Menurut AS, pelatihan itu terdiri dari dua sesi. Sesi pertama digelar di Senayan, sedangkan sesi kedua diadakan di Puncak. "Anak saya disuruh ikut sesi yang kedua. Malamnya dia diminta ke rumah pelatih untuk besok berangkat bareng-bareng ke Puncak," kata AS.
Pada saat menunggu di dalam rumah pelatih di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat, itu, tambah AS, di sanalah hampir terjadi pelecehan. Syukurnya, waktu itu ES sempat melarikan diri.
"Terjadi di dalam kamar pelatihnya. Dia dikunci di dalam kamar, tetapi dia ada kesempatan izin minum keluar kamar. Lalu dia kabur dengan loncat pagar. Dia lari sambil nangis, pulang naik ojek," kata AS.
"Tidak sampai disodomi. Tapi enggak menutup kemungkinan kalau tidak lari, dia bisa disodomi," lanjut AS.
ES pun pulang ke rumahnya di daerah Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Setelahnya, dia mengalami trauma atas kejadian tersebut. Sampai saat ini pun, kata AS, putranya itu masih ragu menceritakan kronologi kejadian tersebut.
"Dia menyampaikan laporan sudah enggak kuat, sambil nangis-nangis. Bicaranya terbata-bata," kata AS.
Laporan AS diterima di Polda Metro Jaya dengan nomor TBL/1795/5/2014/PMJ/Ditreskrimum tertanggal 16 Mei 2014.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.