Pria yang menemui Basuki itu mengadukan soal rumahnya yang diubrak-abrik oleh seseorang. Menurut Basuki, sebaiknya orang tersebut mengadukan hal tersebut kepada polisi, bukan kepada dirinya.
"Pak, saya sudah baca nota dinas Bapak berkali-kali. Kalau rumah Bapak sudah diubrak-abrik, lapor polisi, jangan lapor saya. Saya tidak membawahkan polisi," kata pria yang akrab disapa Ahok itu di Balaikota Jakarta, Senin (14/7/2014).
"Tapi, saya ini 'dipingpong', Pak. Saya sudah mengadu ke sini, disuruh ke sana, terus ke sana lagi," kata pria setengah baya itu memotong pembicaraan Ahok.
Pria itu mengatakan bahwa dirinya memiliki rumah di Salemba, Jakarta Pusat. Menurut dia, ada oknum yang mengubrak-abrik kediamannya. Oknum itu pun menyewakan rumahnya sebesar Rp 120 juta tiap dua tahunnya.
"Bapak ada sertifikat tanahnya, enggak?" tanya Ahok.
"Saya enggak punya sertifikat. Tapi, saya sudah 70 tahun tinggal di situ, sudah sejak zaman Belanda," ujar pria itu.
Muka Ahok seketika memerah. Ia pun langsung merebut kertas laporan yang dibawa oleh pria tersebut. Ahok menghampiri Sekda DKI Saefullah yang berdiri tak jauh dari dirinya.
Perdebatan terjadi antara Ahok dan pria separuh baya itu. Saefullah hanya terdiam melihat keduanya berdebat.
"Saya ini 'dipingpong', Pak," kata pria itu.
"Seharusnya, Bapak itu sudah bisa membayar pengacara, dan pengacara Bapak urus ke polisi. Mana laporan resminya? Berarti Bapak sudah bohongi saya ini. Kalau ada laporan resminya, kasih ke saya, saya bantu 'pingpong' ke polisi," kata Ahok dengan suaranya yang makin meninggi.
Setelah dimarahi Ahok, pria itu pun tak bisa berkata apa-apa.
Sambil berlalu dengan langkahnya yang cepat, Ahok bergumam. "Kalau enggak bisa sama polisi, gue laporin lu ke presiden."
Setelah itu, Saefullah pun menginstruksikan ajudannya untuk langsung mencatat permasalahan yang dialami oleh pria tersebut.