Nelly (35), seorang keluarga pasien yang ditemui Warta Kota, mengaku mengenal dan memiliki nomor telepon seorang joki bernama Mia. Namun, Nelly belum pernah memakai jasa sang joki karena merasa masih kuat untuk mengantre.
Joki itu, kata Nelly, mengaku sebagai keluarga pasien demi menutupi profesinya yang sebenarnya.
Untuk mengetahui kebenaran informasi itu, Warta Kota menghubungi nomor telepon joki yang sebelumnya diberikan Nelly dengan berpura-pura menjadi pemakai jasa.
Setelah sempat sulit dihubungi, Kamis (17/7/2014) malam, pembicaraan lewat sambungan telepon pun terjadi.
Mulanya Mia sempat heran menerima telepon dari nomor tak dikenal. Namun, selanjutnya ia bersedia menanggapi pembicaraan.
Dalam percakapan itu, Mia mengaku setiap hari memang datang ke RS Budhi Asih.
Alasannya ialah untuk mengantar saudaranya menjalani perawatan tingkat lanjut seusai operasi. Selain itu, ia juga mengaku ibu mertuanya tengah menjalani terapi rutin.
Mia mengaku sebagai ibu rumah tangga. Setiap harinya, ia sudah berada di RSUD Budhi Asih dini hari pukul 02.00. Bahkan, ujarnya, sudah ada pasien yang tiba di RS sejak pukul 19.00.
"Kebanyakan orang begitu. Mau kakek-kakek, nenek-nenek, anak muda, semuanya begitu kalau mau dirawat cepat. Kalau nggak begitu, nanti nggak dapat nomor kecil. Kalau terlambat, bisa dapat nomor seratusan atau dua ratusan," ucap Mia.
Awalnya, Warta Kota berniat membeli nomor antrean registrasi pasien BPJS dari Mia. Karena menurut informasi dari pasien, perempuan itu juga memperjualbelikan nomor. Namun, Mia tidak bisa menjamin bisa memperoleh nomor antrean.
"Saya mau bantu, tapi nggak bisa pastiin juga. Soalnya sekarang kan lagi ketat masalah antrean nomor. Paling kalau nggak bisa ambil nomor, saya bisa bantu ambilin tempat aja," ujar Mia.
Mendapat penjelasan dari Mia, Warta Kota pun sepakat.
Mia menerangkan, saat ini RSUD Budhi Asih menerapkan ketentuan yang lebih ketat untuk pengambilan nomor registrasi.
Bila sebelumnya pengambilan nomor antrean cukup dengan membawa fotokopi surat rujukan puskesmas, saat ini calon pasien wajib menyertakan surat rujukan asli.
Jumat (18/7/2014) sekitar pukul 05.00, Mia menepati janjinya untuk "mengamankan" tempat antrean pengambilan nomor. Dia mendapat nomor urut 18. Nomor itu terbilang bagus mengingat saat itu antrean sudah mencapai ratusan orang.
Setelah bertemu, perempuan berusia sekitar 30 tahun itu mempersilakan Warta Kota untuk mengambil tempat yang didudukinya. Ibu dua anak itu mengaku tidak bisa lama-lama karena harus mengurusi keluarganya yang juga akan dirawat.
Sebelum pergi, joki itu mengeluarkan kode yang artinya mengharapkan imbalan. Uang Rp 50.000 pun menjadi upah bagi sang joki. Ia langsung menerimanya dengan hati-hati pada keadaan sekitar. Padahal, sebelumnya ia mengaku tak pasang tarif.
Setelah menerima uang, Mia pun hendak pergi. Namun, sebelumnya ia bertanya lebih dulu, "Berkas (rujukan) pasiennya mana, Bang?" Setelah menjelaskan bahwa berkas tersebut
sedang diambil oleh kerabat, joki itu pun pergi dengan rasa curiga.