Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sulitnya Sopir Angkutan Umum Mendapatkan Solar Bersubsidi

Kompas.com - 05/08/2014, 18:08 WIB
Nadia Zahra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Sejak dihentikannya aliran untuk stok solar bersubsidi oleh Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) per 1 Agustus 2014 di semua stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) milik Pertamina di Jakarta Pusat, sopir angkutan umum beralih mencari BBM bersubsidi di wilayah sekitarnya. Salah satunya di Jakarta Timur.

Irul (28), sopir Kopaja 502 jurusan Kampung Melayu-Tanah Abang, sedikit terganggu dan beranggapan bahwa kebijakan tersebut menyusahkan wong cilik.

"Kayak kami ini, wong cilik masa dibikin susah sih. Harusnya pilih-pilihlah, yang pakai mobil BMW itu saja yang enggak dikasih, jangan disamaratakan," kata Irul, Selasa (5/8/2014).

Irul mengatakan, untuk mengisi solar busnya, ia biasa ke SPBU di Jalan Otista, Jakarta Timur. Namun, tidak menutup kemungkinan, jika solarnya habis di tengah jalan dan ia sedang berada di Jakarta Pusat, maka Irul terpaksa membeli solar nonsubsidi seharga Rp 12.800.

"Kalau yang biasa (solar subsidi) kan Rp 5.500, ini bisa dua kali lipat jadi Rp 12.000-an. Paling saya beli secukupnya saja, habis itu isinya di Otista. Kalau beli yang harga segitu, bisa habislah uang setoran. Saya sama kernet dapat apa?" ujar Irul kepada Kompas.com.

Irul menambahkan, selama seharian beroperasi, ia bisa mendapatkan Rp 1 juta atau lebih. Alokasinya antara lain untuk disetorkan kepada pemilik kopaja sebesar Rp 440.000, membeli solar Rp 350.000, sementara honor harian sopir biasanya sisa dari hasil tersebut. Irul mengaku mendapat Rp 150.000, sedangkan kernet Rp 100.000 sehari.

Sementara itu, penjualan solar subsidi di SPBU Cikini, Jakarta Pusat, sudah tidak berlaku. Penggantinya adalah solar nonsubsidi dan pertamina dex seharga Rp 13.700 per liter.

"Kadang banyak juga sih sopir kopaja yang nggak jadi isi solar karena tahu harganya mahal, paling saya alihkan ke SPBU terdekat di Matraman itu, samping Gramedia," ujar  Jaeni, petugas SPBU Cikini.

Adapun di SPBU Otista, Jakarta Timur, pengelola masih menyediakan solar dengan harga Rp 5.500 per liter. Tampak beberapa angkutan umum, seperti mikrolet, kopaja, dan metromini, antre di stasiun pengisian BBM tersebut.

Baca juga: SPBU Jakarta Pusat Tak Jual Solar Bersubsidi, Tarif Kopaja Bisa Naik Jadi Rp 5.000

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

 Aksi Lempar Botol Warnai Unjuk Rasa di Patung Kuda

Aksi Lempar Botol Warnai Unjuk Rasa di Patung Kuda

Megapolitan
Polisi Belum Bisa Pastikan 7 Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Satu Keluarga atau Bukan

Polisi Belum Bisa Pastikan 7 Korban Kebakaran "Saudara Frame" Satu Keluarga atau Bukan

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi Bersama KontraS Tuntut Kemerdekaan Palestina

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi Bersama KontraS Tuntut Kemerdekaan Palestina

Megapolitan
Massa Gelar Demo di Patung Kuda, Tuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024

Massa Gelar Demo di Patung Kuda, Tuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024

Megapolitan
Ada Demo di Patung Kuda, Arus Lalin Menuju Harmoni via Jalan Medan Merdeka Barat Dialihkan

Ada Demo di Patung Kuda, Arus Lalin Menuju Harmoni via Jalan Medan Merdeka Barat Dialihkan

Megapolitan
Ini Daftar Identitas Korban Kebakaran 'Saudara Frame'

Ini Daftar Identitas Korban Kebakaran "Saudara Frame"

Megapolitan
Acungi Jempol Perekam Sopir Fortuner Arogan yang Mengaku TNI, Pakar: Penyintas yang Berani Melawan Inferioritas

Acungi Jempol Perekam Sopir Fortuner Arogan yang Mengaku TNI, Pakar: Penyintas yang Berani Melawan Inferioritas

Megapolitan
Fraksi PKS DKI Nilai Penonaktifan NIK Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Tak Adil

Fraksi PKS DKI Nilai Penonaktifan NIK Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Tak Adil

Megapolitan
Identitas 7 Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Belum Diketahui

Identitas 7 Korban Kebakaran "Saudara Frame" Belum Diketahui

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Telan Anggaran Rp 22 Miliar, untuk Interior hingga Kebutuhan Protokoler

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Telan Anggaran Rp 22 Miliar, untuk Interior hingga Kebutuhan Protokoler

Megapolitan
144 Kebakaran Terjadi di Jakarta Selama Ramadhan 2024, Paling Banyak karena Korsleting

144 Kebakaran Terjadi di Jakarta Selama Ramadhan 2024, Paling Banyak karena Korsleting

Megapolitan
7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen

7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen

Megapolitan
Kawal Aksi di Sekitar Gedung MK, 2.713 Aparat Gabungan Dikerahkan

Kawal Aksi di Sekitar Gedung MK, 2.713 Aparat Gabungan Dikerahkan

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Sudah Hilang sejak 9 April 2024

Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Sudah Hilang sejak 9 April 2024

Megapolitan
Perempuan Menangis Histeris di Lokasi Kebakaran 'Saudara Frame', Mengaku Ibu dari Korban Tewas

Perempuan Menangis Histeris di Lokasi Kebakaran "Saudara Frame", Mengaku Ibu dari Korban Tewas

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com