Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/08/2014, 13:31 WIB
Adysta Pravitra Restu

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Perempuan Peduli Keadilan (PPK) menuntut keadilan kepada Mahkamah Konstitusi melalui sebuah puisi di depan Gedung Mahkamah Konstitusi, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Jumat (15/8/2014).

Secarik kertas putih yang berisi puisi buatan Linda Djalil pada 14 Agustus 2014 tersebut dibacakan salah seorang pendukung yang diketahui bernama Bunda Bino.

Puisi yang berjudul "Puisi untukmu Hai MK!" ini dibacakan di atas mobil orasi bersama empat orang lain yang mengenakan baju serupa, yaitu kemeja putih dengan lambang garuda di kanan dada mereka.

Berikut ini isi puisi tersebut.

"Awan gelap menyelimuti gedung megah itu...
bersiap menangis menumpahkan hujan batu
kepada makhluk di dalamnya yang berjubah hitam
manakala keadilan tak juga ditegakkan
Apa gunanya mereka belajar tinggi
meraih gelar berlama-lama,

bila kedajalan tak menjadi bahan untuk dimusnahkan?
Keputusan yang digiring malaikat
apakah akan diputar kembali oleh culas
agar yang salah dibenarkan dan yang benar disalahkan?

Tuhan menyaksikan segala langkah ucapan keputusan kalian...
Tiada henti..
Tiada tidur sekejap pun...
Dan bersiap dengan balasan setimpal..."

Pada akhir puisi juga disebutkan, "Dari Kami yang Sangat Peduli dengan Keadilan di Tanah Air Tercinta".

Seusai Bunda Bino membacakan puisi, anggota PPK lain, Neva Rosna, menyampaikan jati diri mereka. "Kita dari Perempuan Peduli Keadilan datang dari Tangerang untuk membela dan ingin menegakkan keadilan di pilpres ini. Jadi, mari bersama-sama kita menggugah para penegak hukum untuk berada di jalur keadilan," kata Bino kepada massa aksi.

Kemudian, ia mengajak para pendukung Prabowo untuk bernyanyi. "Mari bernyanyi garuda di dadaku...," ucapnya.

Saat wartawan mendekati, Neva langsung angkat bicara atas penyataannya dalam orasi tersebut. Menurut dia, tahun 2014 adalah tahun yang luar biasa dalam pemilihan calon presiden dan pemilu legislatif.

Ia mengatakan, terlalu banyak kejanggalan dan kecurangan di mana-mana untuk rakyat. Anggota PPK ini mengaku tidak bernaung dalam suatu partai. Ia dan perempuan lain hanya ingin meminta keadilan di mana pun sebagai warga negara Indonesia.

"Keadilan harus di tangan yang benar harus dibenarkan. Saya optimistis MK putuskan Prabowo-Hatta yang dimenangkan sesuai dengan bukti-bukti yang sudah pasti," ucap Neva.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PDIP Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

PDIP Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat di Puncak, Bahas Soal Kelurahan Dapat Anggaran 5 Persen dari APBD

DPRD dan Pemprov DKI Rapat di Puncak, Bahas Soal Kelurahan Dapat Anggaran 5 Persen dari APBD

Megapolitan
Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Disorot, Dinas Citata: Itu Masih Perencanaan

Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Disorot, Dinas Citata: Itu Masih Perencanaan

Megapolitan
Gerak Gerik NYP Sebelum Bunuh Wanita di Pulau Pari: Sempat Menyapa Warga

Gerak Gerik NYP Sebelum Bunuh Wanita di Pulau Pari: Sempat Menyapa Warga

Megapolitan
Tunggak Biaya Sewa, Warga Rusunawa Muara Baru Mengaku Dipersulit Urus Administrasi Akte Kelahiran

Tunggak Biaya Sewa, Warga Rusunawa Muara Baru Mengaku Dipersulit Urus Administrasi Akte Kelahiran

Megapolitan
Pedagang Bawang Pasar Senen Curhat: Harga Naik, Pembeli Sepi

Pedagang Bawang Pasar Senen Curhat: Harga Naik, Pembeli Sepi

Megapolitan
Baru Beraksi 2 Bulan, Maling di Tambora Curi 37 Motor

Baru Beraksi 2 Bulan, Maling di Tambora Curi 37 Motor

Megapolitan
'Otak' Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

"Otak" Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan di Pulau Pari Dicekik dan Dijerat Tali Sepatu hingga Tewas oleh Pelaku

Perempuan yang Ditemukan di Pulau Pari Dicekik dan Dijerat Tali Sepatu hingga Tewas oleh Pelaku

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

Megapolitan
KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

Megapolitan
Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Megapolitan
Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Megapolitan
Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com