Dalam pantauan Kompas.com, angkutan kota yang masih melintas di Stasiun Bojong Gede jumlahnya sangat terbatas. Padahal, angkutan itu merupakan satu-satunya alternatif yang tersedia untuk melanjutkan perjalanan.
Berhentinya layanan KRL di Stasiun Bojong Gede pun terjadi di tengah hujan lebat. Beratus-ratus penumpang terjebak di dalam stasiun, bersesakan dari anak-anak hingga orang-orang berusia paruh baya.
Selewat tengah malam, meski hujan deras masih turun, para penumpang KRL ini mulai memaksakan diri keluar Stasiun Bojong Gede. Seorang ibu dengan menggendong anaknya, terlihat berbasah-basah mencoba mencari angkutan umum.
Ketika angkutan kota tak lagi ada yang melintas, omprengan dan kendaraan pribadi yang melintas menjadi sasaran lain upaya para penumpang KRL ini untuk bisa sampai ke tujuan mereka. Omprengan ini termasuk kendaraan pickup bak terbuka. Itu pun tetap tak semua kendaraan yang dicegat bisa atau mau berhenti, entah karena penuh maupun alasan lain.
Kompas.com pun baru bisa mendapatkan omprengan setelah berjalan kaki lebih dari satu kilometer dari Stasiun Bojong Gede. Itu pun hanya menggantung di pintu, asal terangkut. Sepanjang perjalanan, masih terlihat orang-orang berjalan kaki, bahkan sampai ke Stasiun Cilebut, satu stasiun setelah Stasiun Bojong Gede.
Dalam hujan, dengan berjalan kaki lebih dari satu kilometer dulu sampai dapat "terbawa" omprengan, Kompas.com butuh waktu tak kurang dari dua jam untuk tiba di Kota Bogor dari Stasiun Bojong Gede.
Sebelumnya diberitakan KRL rute Jakarta-Bogor hanya bisa melayani sampai Stasiun Bojong Gede. Jalur rel antara Bojong Gede dan Cilebut terendam banjir. Seorang pengguna Twitter bahkan sempat memotret sepenggal tanah di bawah rel jalur itu yang terlihat rengkah. Beberapa waktu lalu, rel di lintasan Bojong Gede-Cilebut longsor dan memutus jalur kereta Jakarta-Bogor.